BAB I
1.1 LATAR BELAKANG
Sejarah perkembangan konseling keluarga di dunia
berasal dari Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 1919 yakni sesudah perang
dunia I Magnus Hirschfeld mendirikan klinik pertama untuk pemberian informasi
dan nasehat tentang masalah seks di Berlin Institut For sexual
science. Pusat informasi dan advis yang sama didirikan pula di
Vienna pada tahun 1922 oleh Karl Kautsky dan kemudian pusat lain didirikan lagi
di Berlin pada tahun 1924.
Tokoh yang ulung dalam bidang pendidikan kehidupan
perkawinan dan keluarga pada awal sejarah masa lalu adalah Ernest Rutherford
Gover (1877-1948). Perkembangan konseling keluarga di Indonesia sendiri
tertimbun oleh maraknya perkembangan bimbingan dan konseling di sekolah.
Bimbingan dan konseling di sekolah pada masa tahun 60-an bahkan sampai pada
saat ini dirasakan sebagai suatu kebutuhan, karena banyak sekali
masalah-masalah siswa, seperti kesulitan belajr, penyesuaian sosial, dan
masalah perilaku siswa yang tidak dapat dipecahkan oleh guru biasa. Jadi
diperlukan guru BK untuk membantu siswa. Namun sejak awal lulusan BK ini memang
sangat sedikit, sehingga sekolah mengambil kebijakan menjadikan guru biasa
merangkap BK. Hal ini telah mencemarkan nama BK karena banyak perlakuan guru BK
yang tidak sesuai denga prinsip-prinsip BK, seperti memarahi siswa, bahkan ada
yang memukul. Mengenai kasus keluarga, banyak juga ditemukan di sekolah seperti
siswa yang menyendiri, dan suka bermenung. Dan memang belakangan diketahui
ternyata keluarganya berantakan, misalnya ayah ibu bertengkar dan bercerai.
Tiap keluarga akan senantiasa menghadapi berbagai
masalah, tetapi kemampuan untuk mengatasinya tidak terlalu memadai. Karena itu
harus ada usaha-usaha untuk memperkuat kemampuan keluarga atau anggota keluarga
dalam menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam keluarga itu sendiri
maupun dari luar. Usaha itu harus dimulai oleh keluarga itu sendiri atau oleh
seorang ahli yang dapat membantu mengatasi persoalan keluarga bila masalah
keluarga itu memerlukan orang lain untuk membantu penyelesaian konflik dalam
keluarga.
Kita menyadari bahwa bahtera perkawinan tidak
selamanya dapat mengarungi samudera dengan tenang dan lancar. Setelah keluarga
terbentuk, berbagai masalah dapat timbul dalam keluarga yang pada gilirannya
akan menjadi benih yang mengancam kehidupan perkawinan dan berakibat keretakan
atauperceraian. Sebelum hal ini terjadi di keluarga atau angota keluarga
hendaklah berusaha untuk mencegahnya dengan memperbaiki hubungan dalam keluarga
dan kadang-kadang memerlukan campur tangan orang luar dalam usaha membantu
keluarga itu untuk mengatasi situasi konflik tersebut.
Setelah
mempelajari proses dan tahapan konseling keluarga, akan tergambarlah pada
pikiran kita bahwa setiap tahap itu tentu mempunyai teknik konseling tertentu,
yaitu bagaimana cara yang tepat bagi konselor untuk memahami dan merespon
keadaan klien terutama emosinya, dan bagaimana melakukan tindakan positif dalam
usaha perubahan perilaku klien kearah positif.
Sesuai dengan pendekatan-pendekatan yang telah dikemukakan di bab-bab yang lalu, maka ada dua pendekatan yang akan dikemukakan.
Sesuai dengan pendekatan-pendekatan yang telah dikemukakan di bab-bab yang lalu, maka ada dua pendekatan yang akan dikemukakan.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1.2.1 Apa saja teknik-teknik
konseling dalam pendekatan sistem?
1.2.2 Skiil apa saja yang
perlu dikuasai konselor?
1.3 TUJUAN
1.2.1 Mengetahui
teknik-teknik konseling dalam pendekatan sistem.
1.2.2 Memahami skiil yang
perlu dikuasai konselor.
BAB II
2.1 Teknik
Konseling Keluarga dalam Pendekatan Sistem
Pendekatan
sistem yang dikemukakan oleh perez (1979) mengembangkan 10 teknik konseling
keluarga, yaitu:
2.1. 1 Sculpting (mematung)
Sculpting (mematung) yaitu suatu teknik
yang mengizinkan anggota-anggota keluarga yang menyatakan kepada anggota lain,
persepsinya tentang berbagai masalah hubungan diantara anggota-anggota
keluarga. Klien diberi izin menyatakan isi hati dan persepsinya tanpa rasa
cemas. Sculpting digunakan konselor
untuk mengungkapkan konflik keluarga melalui verbal, untuk mengizinkan anggota
keluarga mengungkapkan perasaannya melalui verbal, untuk mengizinkan anggota
keluarga mengungkapkan perasaannya melalui tindakan (perbuatan). Hal ini bisa
dilakukan dengan “the family relationship
tebelau” yaitu anggota keluarga yang “mematung”, tidak memberikan respon
apa-apa, selama seorang anggota menyatakan perasaannya secara verbal.
2.1.2 Role playing (bermain peran)
Role playing (bermain peran) yaitu suatu
teknik yang memberikan peran tertentu kepada anggota keluarga. Peran tersebut
adalah peran orang lain dikeluarga itu, misalnya anak memainkan peran sebagai
ibu. Dengan cara itu anak akan terlepas atau terbebas dari perasaan-perasaan
penghukuman, perasaan tertekan dan lain-lai. Peran itu kemudian bisa
dikembalikan lagi kepada keadaan yang sebenarnya jika ia menghadapai suatu
prilaku ibunya yang mungkin kurang ia sukai.
2.1.3 Silence (diam)
Apabila
anggota berada dalam konflik dan frustasi karena ada salah satu anggota lain
yang suka bertindak kejam, maka biasanya mereka datang kehadapan konselor
dengan tutup mulut. Kedaan ini harus dimanfaatkan konselor untuk menunggu suatu
gejala prilaku yang akan muncul menunggu munculnya pikiran baru. Disamping itu
juga digunakan dalam menghadapi klien yang cerewet, banyak omong dan lain-lain.
2.1.4 Confrontation (konfrontasi) ialah suatu teknik yang digunakan
konselor untuk mempertentangkan pendapat-pendapat anggota keluarga yang
terungkap dalam wawancara konseling keluarga. Tujuan agar anggota keluarga itu
bisa bicara terus terang, dan jujur serta menyadari perasaan masing-masing.
Contoh respon konselor: “siapa biasanya yang banyak omong?”, konselor bertanya
dalam suasana yang mungkin saling tuding.
2.1.5 Teaching via Questioning ialah suatu teknik mengajar anggota dengan
cara bertanya.
2.1.6 Listening (mendengarkan) teknik ini digunakan agar pembicaraan
seorang anggota keluarga didengarkan dengan sabar oleh yang lain. Konselor
menggunakan teknik ini untuk mendengarkan dengan perhatian terhadap klien.
Perhatian tersebut terlihat dari cara duduk konselor yang menghadapkan muka kepada
klien, penuh perhatian terhada setiap pernyataan klien, tidak menyela ketika
klien sedang serius.
2.1.7 Recapitulating (mengikhtisarkan) teknik ini dipakai konselor untuk
mengikhtisarkan pembicaraan yang bergalau pada setiap anggota keluarga,
sehingga dengan cara itu kemungkinan pembicaraan akan lebih terarah dan
terfokus. Misalnya konselor mengatakan “rupanya ibu merasa rendah diri dan tak
mampu menjawab jika suami anda berkata kasar.”
2.1.8 Summary (menyimpulkan) dalam suatu fase konseling, kemungkinan konselor
akan menyimpulkan sementara hasil pembicaraan dengan keluarga itu. Tujuannya
agar konseling bisa berlanjut secara progresif.
2.1.9 Clarification (menjernihkan) yaitu usaha konselor untuk memperjelas
atau menjernihkan suatu pernyataan anggota keluarga karena terkesan
samar-samar. Klarifikasi juga terjadi untuk memperjelas perasaan yang diungkap
secara samar-samar. Misalnya konselor mengatakan kepada jenny: “katakan
kepadanya jenny bukan kepada saya.”
2.1.10 Reflection (refleksi) yaitu cara konselor untuk merefleksikann
perasaan yang dinyatakan klien, baik yang berbentuk kata-kata atau ekspresi
wajahnya. “tampaknya anda jengkel dengan prilaku seperti itu.”
2.2 Skill Individual yang
Perlu Dikuasai Konselor
Jika
pelaksanaan konseling keluarga melalui pendekatan system tak mungkin dilakukan,
maka usaha konselor adalah melakukan pendekatan individual terhadap klien yang
mengalami kasus keluarga. Misalnya siswa yang bermasalah bersumber dari
keluarga. Berhubung kedua orang tuanya sulit untuk di datangkan kesekolah maka
buat pertama kali siswa itu diberi konseling individual. Berikut ini adalah
beberapa teknik konseling individual.
2.2.1 Teknik-teknik Yang Berhubungan
Dengan Pemahaman Diri
Teknik-teknik
yang berkaitan dengan pemahaman diri ini dibagi atas tujuh kelompok yaitu:
1. Listening skill (keterampilan mendengarkan)
Keterampilan ini terdiri
dari;
(1) Attending, yaitu pernyataan dalam bentuk verbal dan non verbal
ketika klien memasuki ruang konselor
(2) Paraphrasing, yaitu respon konselor terhadap pesan utama dalam
pernyataan klien. Respon tersebu merupakan pernyataan ringkas dalam bahasa
konselor sendiri tentang pernyataan klien.
(3) Clarifying, yaitu pengungkapan diri dan memfokuskan diskusi. Konselor
memperjelas masalah klien.
(4) Perception
checking, yaitu menentukan ketepatan pendengaran konselor.
2. Leading skill (keterampilan memimpin)
Keterampilan ini terdiri
dari;
(1) Indirect leading, digunakan dalam awal pembicaraan dimana konselor
secara tak langsung memimpin klien.
(2) Direct leading, yaitu memberikan klien dan memperluas diskusi.
(3) Focusing, yaitu memfokuskan pembicaraan, mengawasi keragu-raguan,
memfokuskan pembiacaraan
yang menyebar atau bertele-tele atau bersamar-samar.
(4) Questioning, berhubungan dengan penilikan atau penyelidikan agar
klien
membuka diri dengan pernyataan-pernyataan
yang baru.
3. Reflecting skill (keterampilan merefleksi)
(1) Reflecting feeling, yaitu keterampilan merefleksi perasaan klien;
(2) Reflecting experience, yaitu keterampilan merefleksikan pengalaman
klien
(3) Reflecting content, yaitu keterampilan dalam mengulang ide-ide
klien dengan bahasa yang lebih segar dan memberikan penekanan.
4. Summarizing skill (keterampilan menyimpulkan) Yaitu keterampilan
konselor dalam menarik kesimpulan-kesimpulan yang menonjol dari pernyataan
klien.
5. Confronting skill (keterampilan mengkonfrontasi)
(1) Pengenalan
perasaan-perasaan dalam diri konselor, konselor sadar akan
pengalaman sendiri dihubungkan
dengan pengalaman klien.
(2) Mengkonfrontasikan
pengalaman, perasaan dan pemikiran klien yang
bertentangan.
(3) Pendapat-pendapat yang
mereaksi ekspresi klien, konselor
mengkonfrontasikan antara
pernyataan dengan ekspresi klien, atau dengan gerakan tubuh, pandangan mata.
(4) Meningkatkan konfrontasi
diri
(5) Membuka perasaan-perasaan
yang tak jelas (repeating)
(6) Memudahkan munculnya
perasaan-perasaan yang tenggelam (associating)
6. Interpreting skill (keterampilan menafsirkan)
Terdiri dari;
(1) Pertanyaan penafsiran (interpretive questions), memudahkan
munculnya
kesadaran klien.
(2) Fantasi dan metafora (fantasy and metaphor), yaitu
mengandaikan,
menyimbolkan ide-ide dan
perasaan klien.
7. Informing skill
(keterampilan menginformasikan)
(1) Nasehat (advising), yaitu member sugesti dan
pandangan berdasarkan
pengalaman konselor.
(2) Menginfrmasikan (informing), yaitu memberikan informasi
yang valid
berdasarkan keahlian
konselor.
2.2.2 Keterampilan Untuk
Menyenangkan dan Menangani Krisis
Keterampilan
ini berhubungan dengan klien atau siapa saja yang mengalami krisis, agar supaya
konselor mampu merespon dengan fleksibel, cepat dan aktif, serta mencapai
tujuan-tujuan yang terbatas. Skill
ini juga berhubungan dengan usaha menyenangkan dan konselor sebagai alatnya.
1. Contacting skill (keterampilan mengadakan kontak). Kontak tersebut
bisa
berupa kontak mata, dan
kontak fisik dengan cara memegang bahu klien agar dia merasa senang dan aman.
Tetapi kontak tersebut harus didasari oleh kultur, usia, dan keadaan emosinal
klien.
2. Reassuring skill (keterampilan menentramkan hati klien)
keterampilan ini
merupakan usaha konselor
untuk meyakinkan akibat logis perbuatannya atau pendekatan. Hal ini merupakan
hadiah (reward) bagi klien dan mengurangi stress atau konfliknya. Tujuan teknik
ini untuk menanamkan kepercayaan diri klien, memobilisasi kekuatannya, dan
mengurangi kecemasan, dan menguatkan prilaku yang diinginkan. Sebagai contoh:
“anda dapat merasakan lebih baik”’ “anda dapat menyelesaikan sendiri masalah
anda”.
3. Relaxing skill (keterampilan untuk member relax/santai), teknik ini berguna
untuk menurunkan ketegangan
dengan jalan mengendurkan otot-otot. Teknik relaxation
ini dapat dilakukan sebagai berikut:
(1) Tegangkan kedua otot
tangan beberapa detik, kemudian kendorkan perlahan-lahan.
(2) Tegangkan otot perut dan dada, kemudian kendorkan perlahan-lahan.
(2) Tegangkan otot perut dan dada, kemudian kendorkan perlahan-lahan.
(3) Tegangkan otot kaki, kemudian
kendorkan perlahan-lahan.
(4) Tegangkan otot muka,
kemudian kendorkan perlahan-lahan.
5. Developing action alternatives, teknik ini adalah mengembangkan
laternatif-alternatif dalam mengatasi krisis. Konselor mendorong dan
memberanikan klien untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif yang mungkin
dapat dilakukan dalam mengatasi krisisnya. Alternatif tersebut hendaknya
diarahkan konselor berdasarkan persepsi yang realisti klien. Berdasarkan
kenyataan, maka fase mengembangkan tindakan mengambil alternative dalam
peristiwa klien yang krisis adalah sebagai berikut:
(1) Mengembangkan persepsi
realistic klien terhadap krisis yang dihadapi klien.
(2) Memberikan dorongan
untuk mengurangi ketegangan karena adanya krisis dan konflik.
(3) Mempertimbangkan semua
alternative untuk menagatasi krisis tersebut.
(4) Membuat suatu komitmen
tentang perbuatan yang bertujuan mencapai
keseimbangan yang beralasan
dan kesenangan bagi klien.
6. Reffering skill (keterampilan mereferal klien) keterampilan
berhubungan
dengan sulitnya bagi
konselor untuk membantu klien yang krisis. Karena itu konselor harus merefer
atau mengadakan referral kepada seorang yang ahli terhadap kasus klien
tersebut. Akan tetapi uspaya referral itu berhasil, maka beberapa persyaratan
berikut dapat dipenuhi:
(1) Usaha kesediaan klien
untuk referal
(2) Mengetahui sumber-sumber
referral yang tepat dimasyarakat
(3) Jujurlah dengan
keterbatasan konselor sehingga klien perlu direferal.
(4) Mendiskusikan
kemungkinan referral dengan lembaga yang menerima.
(5) Bicarakan dengan klien
tentang orang-orang atau lembaga yang pernah ia
datangi minta bantuan.
(6) Jika klien masih muda,
mintalah rekomendasi orang tuanya.
(7) Katakana dengan jujur
kepada klien bahwa setiap lembaga juga ada keterbatasannya.
(8) Berilah kesempatan
kepada klien atau orang tuanya untuk membuat
perundingan dan perjanjian
dengan lembaga baru yang akan menanganinya.
(9) Jangan mengirim
informasi kepada lembaga baru tanpa izin tertulis dari klien atau orang tuanya.
Mengenai
kondisi-kondisi krisis yang mungkin dialami manusia dapat dibagi atas tiga
kategori:
1. Kehilangan sesuatu (faktor
luar), yaitu:
(1) Perceraian
(2) Kehilangan pekerjaan
(3) Kehilangan harta milik
sperti kebakaran, pencurian, anak meninggal dan lain-lain.
(4) Mengalami bencana atau
malapetaka
(5) Terkena hukuman penjara
2. Keadaan yang sulit dalam
diri, yaitu;
(1) Kehilangan harapan
(2) Putus asa
(3) Depresi
(4) Kelelahan dalam suasana
perang
(5) Usaha-usaha bunuh diri
(6) Kecanduan narkotika
3. Keadaan transisi, yaitu;
(1) Pindah pekerjaan
(2) Konflik keluarga
(3) Sakit-sakitan
(4) Pindah tempat tinggal
(5) Ketakutan akan keadaan
yang akan datang mengancam
2.2.3 Keterampilan untuk
Mengadakan Tindakan Posistif dan Perubahan Prilaku
Klien
Keterampilan
ini tampaknya banyak diwarnai oleh aliran behavioral therapy (terapi prilaku). Perubahan
prilaku ini adalah masalah teknologi, dan bukan maslah sistem etika, Metode
terapi ini mempunyai karakteristik:
1. Pendekatan empiric
objektif terhadap tujuan-tujuan klien
2. Perubahan terhadap
lingkungan klien
Mengingat
tujuan yang akan dicapai, maka konselor terapi perilaku dituntut keahlian
khusus. Adapun keterampilan teknik yang termasuk dalam bagian ini adalah:
1. Modeling adalah metode belajar dengan cara mengalami atau
memperhatikan perilaku orang lain yang positif dan sesuai dengan tujuan klien.
Adapun prinsip-prinsip umum penggunaan teknik modeling adalah sebagai berikut:
1)
Tentukan dulu model perilaku mana yang menarik bagi klien.
2) Tentukan tujuan-tujuan
yang akan dicapai.
3) Pilihlah model yang terpercaya
dan sesuai dengan usia, jenis kelamin dan budaya bangsa.
4) Tentukan cara simulasi
dan praktikum modeling itu.
5) Buat atau persiapkan dulu
format modeling dan urutan-urutan
permainan peranan.
6) Diskusi dengan klien
tentang reaksi-reaksinya dalam hal perasaan, belajar dan sugesti.
7) Klien akan melakukan
model itu secara informasi terus menerus hingga ia berhasil.
2. Rewarding skill (keterampilan memberikan reward atau ganjaran) keterampilan ini bertujuan untuk memberikan penguat (reinforcement) kepada klien yang;
(1) Berhasil mengatasi perilakunya yang kurang baik
2. Rewarding skill (keterampilan memberikan reward atau ganjaran) keterampilan ini bertujuan untuk memberikan penguat (reinforcement) kepada klien yang;
(1) Berhasil mengatasi perilakunya yang kurang baik
(2) Mengubah perilaku yang
tidak diinginkan oleh klien
(3) Dapat memelihar perilaku
yang baik (perilaku baru)
Prinsip umum skill ini
adalah:
(1) Bahwa reward dan sistem insentif harus dapat
mempertahankan derajat perilaku yang tinggi dalam waktu lama.
(2) Reward hendaknya sesuai dengan perilaku yang diinginkan.
(3) Reward hendaknya cukup kuat dalam menciptakan perilaku baru. Penguat
atau reward (hadiah) dapat diberikan
berupa pujian, semangat, hadiah, benda, senyuman, dan pegangan pada bahu.
3. Contracting skill (keterampilan mengadakan persetujuan dengan
klien).
Kontrak adalah suatu
persetujuan (agreement) dengan klien
tentang tugas-tugas khusus.
BAB
III
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas kelompok kami menyimpulkan bahwa
ada berbagai macam teknik konseling dalam pendekatan sistem yaitu Sculpting (mematung), Role
playing (bermain peran), Silence
(diam), Confrontation (konfrontasi), Teaching via Questioning Listening (mendengarkan), Recapitulating (mengikhtisarkan), Summary (menyimpulkan), Clarification (menjernihkan), dan Reflection (refleksi).
Dalam melakukan konseling keluarga seorang konselor juga
harus memiliki skill-skill tertentu seperti teknik-teknik yang berhubungan
dengan pemahaman diri, keterampilan untuk menyenangkan dan menangani krisis. Keterampilan
ini berhubungan dengan klien atau siapa saja yang mengalami krisis, agar supaya
konselor mampu merespon dengan fleksibel, cepat dan aktif, serta mencapai tujuan-tujuan
yang terbatas. keterampilan untuk mengadakan tindakan posistif dan perubahan
prilaku klien, keterampilan ini tampaknya banyak diwarnai oleh aliran behavioral therapy (terapi prilaku). Perubahan
prilaku ini adalah masalah teknologi, dan bukan masalah sistem etika.
entar nyusul sumbernya mianhaneo....
ion titanium hair color - Indian ART | Titanium Arts
BalasHapusCareers · titanium melting point Products · Designers · Products sia titanium · nano titanium ionic straightening iron About titanium straightener us sugarboo extra long digital titanium styler · Contact us
p129j1nzgru718 anal toys,japanese sex dolls,dog dildo,male sex toys,Bullets And Eggs,g-spot dildos,dildos,cheap sex dolls,wolf dildo u412r3xdcoe536
BalasHapus