Selasa, 31 Maret 2015

PSKOLOGI KEPRIBADIAN -psikiatri interpersonal

1.              PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Harry Stack Sullivan lahir di suatu daerah pertanian dekat Norwich, New York pada tanggal 21 Pebruari 1892 dan meninggal pada tanggal 14 januari 1949 di Paris, Perancis. (Di dalam Sidik, 2013). Dia merupakan salah satu tokoh yang ikut melengkapi teori psikoanalisis dengan pandangan psikologi sosial. Sullivan dalam teorinya tentang hubungan-hubungan antar pribadi semakin mengukuhkan teori kepribadian yang berlandaskan proses-proses sosial. Kontribusi utama Sullivan terhadap teori interpersonal adalah pemikirannya akan tahap perkembangan.
Hary Stack Sulivian adalah orang pertama kelahiran Amerika Serikat yang mengembangkan teori kepribadian. (Di dalam Maman, 2009). Menurut Harry Stack Sullivan, kepribadian adalah pola yang relatif menetap dari situasi-situasi antar pribadi yang berulang, yang menjadi ciri kehidupan manusia. Menurut Sulvian ini sepanjang hayat setiap orang bergerak dalam lingkungan sosial, sejak bayi sudah terlibat dalam interaksi dengan orang lain.
Harry Stack Sullivan adalah pencipta segi pandangan baru yang terkenal dengan nama interpersonal theory of psychiatry. (Di dalam Abdul, 2013). Ajaran pokok dari teori ini dalam hubungannya dengan teori kepribadian ialah bahwa kepribadian adalah “pola relatif menetap dari situasi-situasi antarpribadi yang berulang menjadi ciri kehidupan manusia. Kepribadian merupakan suatu entitas hipotesis yang tidak dapat dipisahkan dari situasi-situasi antarpribadi, dan tingkah laku antarpribadi merupakan satu-satunya segi yang dapat diamati sebagai kepribadian.
Karena itu Sullivan berpendapat bahwa sama sekali tidak ada gunanya berbicara tentang individu sebagai objek penelitian karena individu sama sekali tidak terpisah dari hubungannya dengan orang lain. Sejak hari pertama kehidupan, bayi merupakan bagian dari situasi antarpribadi, dan dalam kehidupan selanjutnya, ia tetap menjadi anggota masyarakat. Bahkan seorang pertapa yang mengundurkan diri dari masyarakat ke dalam hutan belantara pun tetap memiliki ingatan-ingatan tentang hubungan-hubungan pribadi dimasa lampau yang tetap mempengaruhi pikiran dan perbuatannya.
Berdasarkan hal diatas dapat di simpulkan bahwa konsep kepribadian di dalam teori sulvian ini yaitu bahwa kepribdian seseorang di pengaruhi oleh pengaruh kehidupan sosial. Sullivan tidak menyangkal pentingnya hereditas dan pematangan dalam membentuk dan membangun kepribadian, namun ia berpendapat bahwa apa yang khas manusiawi adalah interaksi sosial. Pengalaman hubungan antar pribadi telah mengubah fungsi fisiologis organisme menjadi organisme sosial.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1   Apa struktur kepribadian dalam Psikiatri Interpersonal?
1.2.2   Bagaimana dinamika kepribadian dalam Psikiatri Interpersonal?
1.2.3   Bagaiamana Perkembangan kepribadian dalam Psikiatri Interpersonal?
1.2.4   Bagaimana aplikasi Psikiatri Interpersonal?

1.3  Tujuan
1.3.1     Agar mahasiswa mengetahui struktur kepribadian dalam Psikiatri Interpersonal.
1.3.2   Agar mahasiswa mengetahui dinamika kepribadian dalam Psikiatri Interpersonal.
1.3.3   Agar mahasiswa mengetahui perkembangan kepribadian dalam Psikiatri Interpersonal.
1.3.4   Agar mahasiswa mengetahui aplikasi Psikiatri Interpersonal.




2.      PEMBAHASAN
2.1  Struktur Kepribadian dalam Psikiatri Interpersonal
Sulivian tegas memandang sifat dinamika kepribadian, sehingga merendahkan konsep id-ego-superego-dll. Yang membuat kepribadian menjadi stabil/statis. Namun ternyata dia juga memberi tempat penting dalam teorinya beberapa aspek kepribadian yang nyata-nyata stabil dalam waktu yang lama yaitu: dinamisme, personifikasi, sistem self, dan proses kognitif. (Di dalam Alwisol, 2010)
2.1.1   Dinamisme
Dinamisme merupakan unit terkecil yang dapat dipakai dalam meneliti individu. Dinamisme didefenisikan sebagai “Pola transformasi energi yang relatif menetap, yang secara berulang memberi ciri kepada organisme selama keberadaannya sebagai organisme hidup”. Transformasi energi adalah suatu bentuk tingkah laku. Transformasi energi itu mungkin terbuka dan umum, seperti berbicara, atau juga tersembunyi, seperti dalam fikiran atau khayalan.
Di dalam Alwisol (2010: Hlmn 147) dinamisme adalah pola khas tingkah laku (transformasi enerji) yang menetap dan berulang terjadi yang menjadi ciri khusus seseorang. Menurut Sullivan, pola adalah sampul yang menutupi perbedaan-perbedaan kecil yang tidak berarti. Ini berarti suatu ciri baru dapat ditambahkan pada suatu pola tanpa mengubah pola itu sejauh ciri itu dapat ditutupi, tidak nyata-nyata berbeda dengan ciri lainnya. Dinamisme adalah pola yang spesifik dan berulang dari tingkah laku yang menjadi ciri khas seorang. Dinamisme yang melayani kebutuhan kepuasan organisme melibatkan bagian tubuh, yakni alat reseptor, efektor dan sistem syaraf. Misalnya, dinamisme makan melibatkan mulut dan otot leher, dinamisme seks melibatkan organisme genital.
Dinamisme yang menjadi pembeda antar manusia tidak berhubungan dengan bagian tubuh, tetapi menjadi ciri khas hubungan antarpribadi. Suatu kebiasaan bagaimana mereaksi orang lain, baik dalam bentuk perasaan, sikap, maupun tingkah laku terbuka. Dinamisme dengki (memusuhi orang atau kelompok orang tertentu); dinamisme nafsu (kecenderungan mencai hubungan birahi); dinamisme ketakutan (anak yang bersembunyi dibelakang ibunya setiap menghadapi ornag asing); dan dinamisme sistem self (diri).
2.1.2   Personifikasi
Menurut Alwisol “Personifikasi adalah suatu gambaran – mngenai diri atau orang lain yang di bangun berdasarkan pengalaman yang menimbulkan kepuasan atau kecemasan”. (Alwisol, 2010: hlmn 148). Personifikasi Personifikasi adalah suatu gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya sendiri atau orang lain. Personifikasi adalah perasaan, sikap, dan konsepsi kompleks yang timbul karena mengalami kepuasan kebutuhan atau kecemasan. Misalnya bayi mengembangkan personifikasi tentang ibu yang baik, karena ia menyusui dan memeliharanya. Setiap hubungan antarpribadi yang memberikan kepuasan akan membangun suatu gambaran yang baik tentang orang yang memberinya kepuasan. Sebaliknya personifikasi bayi tentang ibu yang buruk adalah hasil dari pengalaman-pengalaman dengan ibunya yang menyebabkan kecemasan. Ibu yang mencemaskan itu dipersonifikasikan sebagai ibu yang buruk. Akhirnya kedua personifikasi tentang ibu ini beserta personifikasi lain yang mungkin terbentuk, seperti ibu yang menggairahkan atau ibu yang terlalu melindungi, bersama-sama membentuk suatu personifikasi yang kompleks.
Personifikasi-personifikasi yang dimiliki oleh sejumlah orang disebut stereotipe. Inilah konsepsi-konsepsi yang diakui bersama, yakni ide-ide yang diterima secara luas diantara anggota-anggota masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Contoh dari stereotipe-stereotipe yang umum dalam kebudayaan kita adalah profesor yang linglung, seniman yang eksentrik, pemimping perusahaan yang keras kepala.
2.1.3   Sistem Self
Sistem self adalah pola tingkahlaku yang konsisten yang mempertahankan keamanan interpersonal dengan menghindari atau mengecilkan kecemasan. Sistem ini mulai berkembang pada usia 12-18 bulan, usia ketika anak mulai belajar tingkahlaku mana yang berhubungan meningkatkan atau menurunkan kecemasan.
Ketika sistem self mulai berkembang, orang mulai membentuk gambaran diri atau personifikasi diri yang konsisten. Setiap pengalaman interpersonal yang dipandang bertentangan dengan sistem dirinya berarti mengancam keamanan diri. Dampaknya, orang berusaha mempertahankan diri melawan tegangan interpersonal itu memakai operasi keamanan (security operation); suatu proses yang bertujuan untuk mereduksi perasaan tidak aman atau perasaan akibat dari ancaman terhadap sistem self. Beberapa macam sistem keamanan yang dipakai sejak usia bayi antara lain:
Disosiasi, adalah mekanisme menolak impuls, keinginan dan kebutuhan muncul ke kesadaran. Disosiasi tidak hilang, tapi ditekan ke ketidaksadaran dan mempengaruhi tingkahlaku serta kepribadian dari sana.
Inatensi, yaitu memilih mana pengalaman yang akan diperhatikan dan yang tidak perlu diperhatikan. Terhadap pengalaman yang mengancam personifikasi diri, orang dapat berpura-pura tidak merasakannya.
Apati dan pertahanan dengan tidur (somnolent detachment), mirip dengan inatensi. Pada apatis, bayi tidak memilih objek mana yang harus diperhatikan, semuanya diserahkan pada pihak luar. Pada pertahanan tidur, bayi tidak perlu memperhatikan stimulasi manapun.
2.1.4   Proses Kognitif
Sumbangan yang unik dari Sullivan tentang kognisi atau pengetahuan dalam hubungannya dengan kepribadian ialah klasifikasinya tentang pengalaman kedalam tiga golongan. Pengalaman, katanya, terjadi dalam tiga cara, yakni cara-cara prototaksis, parataksis, dan sintaksis. (Di dalam Abdul, 2013).
1)      Prototaksis (Prototaxis)
Prototaksis adalah rangkaian pengalaman yang terpisah-pisah yang dialami pada masa bayi, dimana arus kesadaran (pengindraan, bayangan dan perasaan) mengalir kedalam jiwa tanpa pengertian “sebelum” dan “sesudah”. Semua pengetahuan bayi adalah pengetahuan saat itu, disini dan sekarang. Semua pengalaman berdiri sendiri-sendiri, sepotong-sepotong, tidak diintergrasikan kedalam urutan yang logis. Elemen pengalaman protaksis – sensasi sederhana – mungkin terus dan tetap menjadi bagian dari kehidupan mental orang dewasa, namun orang selalu menghubungkan elemen-elemen itu menjadi kesatuan pengalaman. Pada usia dewasa, dominasi pengalaman prototaksis hampir tidak ditemui.
2)      Parataksis (Parataxis)
Kira-kira pada awal tahun kedua, bayi mulai mengenali persamaan-persamaan dan perbedaan peristiwa-peristiwa, disebut pengalaman parataksis atau pengalaman asosiasi. Pada tahap ini, bayi mengembangkan cara berfikir melihat hubungan sebab akibat, asosiasional peristiwa yang terjadi pada saat yang bersamaan atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai detail yang sama, tetapi hubungan itu tidak harus logis. Misalnya, bayi yang diberi makan saus apel memakai sendok yang terlalu panas (karena disiram air panas) sehingga lidahnya menjadi sakit. Bayi itu menolak makan bukan karena rasa saus apel tetapi karena sendoknya panas. Parataksis ini dialami dan difikirkan, sehingga sering dilakukan orang dewasa. Misalnya, orang yang masuk ke ruangan yang ada banyak orang didalamnya yang sedang berbicara. Orang-orang itu tiba-tiba berhenti berbicara sesudah melihatnya, ini menimbulkan perasaaan bahwa mereka membicarakan dirinya.
3)      Sintaksis (Syntaxis).
Berfikir logik dan realistik, menggunakan lambang-lambang yang diterima bersama, khususnya bahasa - kata - bilangan. Ketika anak mulai belajar berbicara, mempelajari “kata” yang secara umum diterima sebagai wakil dari suatu peristiwa, saat itulah anak mulai berfikir sintaksis. Sintaksis menghasilkan hubungan logis antar pengalaman dan memungkinkan orang berkomunikasi satu dengan lainnya, melalui proses validasi konsensus (consensus validation); mencapai konsensus atau persetujuan dengan orang lain mengenai sesuatu dan kemudian meyakinkan kebenarannya melalui pengulangan pengalaman.
Tiga mode pengalaman kognitif itu terjadi sepanjang hayat. Normalnya, sintaksis mulai mendominasi sejak usia 4-10 tahun. Sullivan menekankan pentingnya tinjauan ke masa depan dalam fungsi kognitif. Manusia hidup di masa lampau, masa sekarang, dan masa depan yang semuanya jelas relevan dalam menerangkan fikiran dan perbuatannya. Tinjauan ke masa depan yang semuanya jelas relevan dalam menerangkan fikiran dan perbuatannya. Tinjauan ke masa depan tergantung kepada ingatan orang kepada masa lampau dan interpretasinya terhadap masa sekarang.
2.2  Dinamika Kepribadian dalam Psikiatri Interpersonal
Sullivan, sama seperti banyak teoretikus kepribadian lainnya, memandang kepribadian sebagai suatu sistem energi yang fungsi utamanya adalah melakukan aktivitas-aktivitas yang akan mereduksikan tegangan. Sullivan berkata bahwa tidak perlu menambah istilah “jiwa” baik pada kata energi maupun tegangan karena ia menggunakan kedua istilah tersebut dengan arti yang persis sama seperti yang digunakan dalam ilmu fisika. Enerji dapat maujud dalam bentuk tegangan (tension) atau dalam bentuk tingkah laku itu sendiri (energy transformation). (Di dalam Alwisol, 2010: hlmn 152).
2.2.1 Tegangan
Sullivan mulai dengan konsepsi umum tentang organisme, yakni suatu sistem tegangan yang secara teoritis dapat bervariasi antara batas pengendoran mutlak (absolute relaxation) atau euphoria (perasaan sangat bahagia dan gembira) sebagaimana Sullivan lebih suka menyebutnya, dan tegangan mutlak seperti halnya yang terjadi dalam perasaan takut yang luar biasa. Ada dua sumber tegangan, yaitu (Di dalam Abdul, 2013):
1)      Tegangan-tegangan yang disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan organisme;
2)      Tegangan-tegangan sebagai akibat dari kecemasan.
Kecemasan adalah penghayatan tegangan akibat adanya ancaman-ancaman nyata atau luarnya dibayangkan terhadap keamanan seseorang. Kecemasan yang hebat mereduksikan efisiensi individu-individu dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhannya, mengganggu hubungan-hubungan antarpribadi, mengacaukan pikiran. Perbedaan intensitas kecemasan tergantung pada keseriusan ancaman dan efektivitas dari operasi-operasi keamanan yang dimiliki seseorang. Kecemasan berat sama seperti hantaman pada kepala; tidak menyampaikan informasi apa-apa pada orang yang bersangkutan, sebaliknya menimbulkan kekacauan luarbiasa dan bahkan amnesia. Bentuk-bentuk kecemasan yang lebih ringan dapat bersifat informatif.
Adapula penjelasan 2 sumber tegangan menurut buku Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2010) :
1)      Kebutuhan (needs)
Kebutuhan yang pertama muncul adalah tegangan yang timbul akibat ketidak seimbangan biologis dalam diri individu. Kebutuhan ini dipuaskan dengan mengembalikan keseimbangan. Kepuasannya bersifat episodik, sesudah memperoleh kepuasan tegangan akan menurun/hilang, namun setelah lewat beberapa waktu akan muncul kembali. Kebutuhan yang muncul kemudian berhubungan dari hubungan interpersonal. Kebutuhan interpersonal yang terpenting adalah Kelembutan kasih sayang (tenderness).
Kelembutan kasih sayang adalah kebutuhan yang umum bagi setiap orang seperti halnya kebutuhan oksigen, makan, dan air. Kebalikannya adalah kebutuhan khusus yang muncul dari bagian tubuh tertentu (oleh Freud disebut “erogenic zone”). Kebutuhan biologis juga dapat dipuaskan melalui transformasi energi yakni; kegiatan fisik-tingkahlaku, atau kegiatan mental mengamati, mengingat dan berpikir. Memuaskan kebutuhan dapat menghilangkan tension, sedangkan kegagalan memuaskan need yang berkepanjangan bisa menimbulkan keadaan apathy (kelesuan), yaitu bentuk penundaan kebutuhan untuk meredakan ketegangan secara umum.
2)      Kecemasan (anxiety)
Menurut Sullivan, kecemasan merupakan pengaruh pendidikan terbesar sepanjang hayat, disalurkan mula-mula oleh pelaku keibuan kepada bayinya. Jika ibu mengalami kecemasan, akan dinyatakan pada wajah, irama kata, dan tingkahlakunya. Proses ini oleh Sullivan dinamakan empati. Biasanya bayi menangani kecemasannya dengan operasi keamanan, bisa pertahanan tidur atau somnolent detachment (bayi menolak berhubungan dengan pemicu kecemasan dengan cara tidur), menyesuaikan tingkahlakunya dengan kemauan dan tuntutan orang tua, dan atau dengan memilih mana yang harus tidak diperhatikan (selective inattention)─menolak menyadari stimulus yang mengganggu. Tension karena kecemasan ini unik, berbeda dengan tension lain dalam hal kecenderungannya untuk bertahan tetap dalam kecemasan dengan segala kerusakan yang diakibatkannya. Kalau tegangan lain menghasilkan tingkahlaku untuk mengatasinya, kecemasan justru menghasilkan tingkahlaku yang menghambat agar orang tidak belajar dari kesalahannya, terus-menerus menginginkan rasa aman yang kekanak-kanakan, dan membuat orang tidak belajar dari pengalamannya sendiri.
2.2.2   Transformasi Energi
Energi ditransformasikan dengan melakukan pekerjaan. Pekerja bisa berupa kegiatan-kegiatan yang melibatkan otot-otot badan atau berupa kegiatan-kegiatan mental, seperti persepsi, ingatan, berpikir. Kegiatan-kegiatan yang terbuka ataupun yang sembunyi ini bertujuan untuk mengurangi tegangan. Kegiatan-kegiatan ini pada umumnya ditentukan oleh masyarakat dimana orang dibesarkan. “apa yang dapat ditemukan oleh setiap ornag dari meneliti masa lampaunya adalah bahwa pola-pola tegangan dan transformasi-transformasi energi yang membentuk kehidupannya merupakan bahan-bahan pendidikan yang sungguh-sungguh mengagumkan untuk mempersiapkan hidup dalam suatu masyarakat tertentu.
Sullivan tidak yakin bahwa insting-insting merupakan sumber-sumber penting dari motivasi manusia, juga ia tidak menerima teori libido freud. Seorang individu belajar bertingkah laku dengan cara tertentu sebagai akibat dari interaksi dengan orang-orang, dan bukan karena ia memiliki imperatif-imperatif bawaan untuk melakukan jenis-jenis tingkah laku tertentu.
2.3  Perkembangan Kepribadian dalam Psikiatri Interpersonal
Sullivan membagi usia manusia menjadi tujuh tahap perkembangan, masing-masing mempunyai sumbangan penting dalam bentuk kepribadian. Di setiap tahap perkembangan orang menghadapi masalah hubungan interpersonal yang berbeda-beda, sehingga bentuk bahaya yang berasal dari hubungan interpersonal itu juga berbeda-beda.
Perubahan kepribadian dapat terjadi kapan saja, tetapi yang paling sering terjadi pada masa transisi dari tahap satu ke tahap berikutnya. Garis batas antar tahap itu ditunjuk karena secara umum pada saat itu terjadi perubahan kepribadian yang signifikan, sehingga dalam kenyataan lebih penting daripada tahap itu sendiri. Pengalaman disosiasi dan inatensi selektif yang terjadi sepanjang periode tertentu, pada periode transisi mungkin masuk ke dalam sistem self, dan siap mempengaruhi perkembangan pada periode berikutnya. Paparan rinci dari setiap tahap perkembangan,  akan diringkas dalam tabel berikut. (Di dalam Alwisol, 2010: hlmn 156).


Periode
Orang Penting
Proses Interpersonal
Pencapaian Utama
Perkembangan Negatif
Invancy
0 – 1;5
Lahir-berbicara
Pemeran keibuan
Kelembutan kasih sayang
Awal mengorganisasi pengalaman, belajar memuaskan beberapa kebutuhan diri.
Rasa aman beroperasi melalui apathy dan somnolent detachment.
Childhood
1;5 – 4;0
Berbicara-hubungan sebaya
Orang tua
Melindungi rasa aman melalui imaji teman sebaya
Belajar melalui identifikasi dengan orang tua; belajar sublimasi mengganti suatu kepuasan dengan kepuasan yang lain.
Performansi as if; rasionalisasi prokupasi transformasi jahat.
Juvenil
4;0 – 8/10
Hubungan sebaya-Chum
Teman bermain seusia
Orientasi menuju kehidupan sebaya
Belajar bekerja sama dan bersaing dengan orang lain, belajar berurusan dengan figur otoritas.
Stereotip
Ostrasisme
Disparajemen
Pra-Adolesen
8/10 – 12
Chum-Pubertas awal
Chum tunggal
Intimasi
Belajar mencintai orang lain seperti atau melebihi mencintai diri sendiri.
Loneliness
Adolesen awal
12 – 16
Pubertas-Seks mantap
Chum jamak
Intimasi dan nafsu seks ke orang yang berbeda
Integrasi kebutuhan intimasi dengan kepuasan seksual.
Pola tingkah laku seksual yang tidak terpuaskan.
Adolesen akhir
16 – 20
Seks mantap
Tanggung jawab sosial
Kekasih
Menggabung intimasi dengan nafsu
Integrasi ke dalam masyarakat dewasa, self-respect
Personifikasi yang tidak tepat
Keterbatasan hidup
Maturity
20>
Konsolidasi pencapaian setiap tahap sebelumnya

  Berikut adalah penjelasannya (Di dalam Alwisol, 2010: hlmn 152):
2.3.1   Bayi (Infancy); Lahir – Bisa Berbicara (0 – 18 bulan)
Perkembangan pada masa bayi sangat kompleks. Berikut enam ciri penting perkembangan menurut Sullivan:
1)      Timbulnya dinamisme apati, pertahanan tidur, disosiasi dan inatensi.
2)      Peralihan dan prototaxis ke parataxis.
3)      Organisasi personifikasi-personifikasi, baik personifikasi ibu maupun personifikasi diri.
4)      Organisasi pengalaman melalui belajar dan munculnya dasar-dasar sistem-diri.
5)      Diferensiasi tubuh bayi sendiri, mengenal dan memanipulasi tubuh.
6)      Belajar bahasa, dimulai dengan bahasa autisme.
7)      Belajar melakukan gerakan yang terkoordinasi, melibatkan mata, tangan, mulut, telinga serta organ tubuh lainnya
2.3.2   Anak (Childhood); Bisa Mengucap Kata – Butuh Kawan Bermain (1;5 – 4 tahun)
Tahap anak dimulai dengan perkembangan bicara dan belajar berpikir sintaksis, serta perluasan kebutuhan untuk bergaul dengan kelompok sebaya. Anak mulai belajar menyembunyikan aspek tingkah laku yang diyakininya dapat menimbulkan kecemasan atau hukuman. Misalnya, mereke belajar melakukan rasionalisasi (memberi alasan palsu) mengenai segala hal yang sudah mereka kerjakan atau sedang mereka rencanakan. Mereka memiliki tampilan seolah-olah (as if performance) yakni:
1)      Dramatisasi (dramatization): permainan peran seolah-olah dewasa, belajar mengidentifikasikan diri dengan orang tuanya, bagaimana bertingkah laku yang dapat diterima.
2)      Bergaya sibuk (preoccupation): anak belajar konsentrasi pada satu kegiatan yang membuat mereka bisa menghindari sesuatu yang menekan dirinya.
3)      Transformasi jahat (malevolent transformation): perasaan bahwa dirinya hidup ditengah-tengah musuh, sehingga hidupnya penuh rasa kecurigaan dan ketidakpercayaan bahkan sampai tingkah laku yang paranoid.
4)      Sublimasi tak sadar (unwitting sublimation): mengganti sesuatu atau aktivitas tak sadar yang dapat menimbulkan kecemasan dengan aktivitas yang dapat diterima secara sosial.

2.3.3   Remaja Awal (Juvenile); Usia Sekolah – Berkeinginan Bergaul Intim (4 – 10 tahun)
Perkembangan penting dalam tahap ini adalah loncatan sosial kedepan, anak belajar kompetisi, kompromi, kerja sama dan memahami makna perasaan kelompok. Mereka mendapat pengalaman dengan otoritas di luar rumah. Tahap ini juga ditandai dengan munculnya konsepsi tentang orientasi hidup, suatu rumusan atau wawasan tentang:
1)      Kecenderungan atau kebutuhan untuk berintegrasi yang biasanya memberi ciri pada hubungan antar pribadinya.
2)      Keadaan-keadaan yang cocok untuk pemuasan kebutuhan dan relatif bebas dari kecemasan.
3)      Tujuan-tujuan jangka panjang yang untuk mencapainya orang perlu menangguhkan kesempatan-kesempatan menikmati kepuasan jangka pendek.
Perkembangan negatif yang penting pada tahap ini adalah belajar stereotip, ostrasisme dan disparajemen (stereotype, ostracism dan disparagement):
1)      Prasangka atau stereotip adalah meniru atau memakai personifikasi mengenai orang atau kelompok orang yang yang diturunkan antar generasi.
2)      Pengasingan atau ostrasisme adalah pengalaman anak diisolasi secara paksa, dikeluarkan/diasingkan dari kelompok sebaya karena perbedaan sifat individual dengan kelompok.
3)      Penghinaan atau disparajemen, berarti meremehkan atau menjatuhkan orang lain, yang akan berrpengaruh merusak hubungan interpersonal pada usia dewasa.
2.3.4   Preadolesen (preadolescence); Mulai Bergaul Akrab – Pubertas (8/10 – 12 tahun)
Preadolesen ditandai oleh awal kemampuan bergaul akrab dengan orang lain bercirikan persamaan yang nyata dan saling memperhatikan. Mereka membutuhkan Chum (Chum): teman akrab dari jenis kelamin yang sama, teman yang dapat menjadi tempat mencurahkan isi hati, dan bersama-sama mencoba memahami dan memecahkan masalah hidup.
Tahap preadolesen ditandai oleh beberapa fenomena berikut:
1)      Orang tua masih penting, tetapi mereka dinilai secara lebih realistik.
2)      Mengalami cinta yang tidak mementingkan diri sendiri, dan belum dirumitkan oleh nafsu seks.
3)      Terlibat dalam kerja sama untuk kebahagiaan bersama, tidak mementingkan diri sendiri.
4)      Kolaborasi Chum, jika dipelajari dalam tahap ini, akan membuat perkembangan kepribadian berikutnya akan terhambat.
5)      Hubungan chum dapat mengatasi/menghilangkan pengaruh buruk simptom salah suai yang diperoleh dari perkembangan tahap sebelumnya.
2.3.5   Adolesen Awal (Early Adolescence); Pubertas – Pola Aktivitas Seksual yang Mantap (12-16 tahun)
Pada tahap ini pola aktivitas seksual yang memuaskan seharusnya sudah dapat dimiliki. Banyak problem yang muncul pada periode ini merefleksikan konflik antar tiga kebutuhan dasar: Keamanan (bebas dari kecemasan), keintiman (pergaulan akrab dengan seks lain) dan kepuasan seksual. Kepuasan seksual bertentangan dengan operasi keamanan, karena aktivitas genital pada usia ini terlarang pada banyak budaya sehingga menimbulkan perasaan berdosa, malu dan cemas.
Keintiman bertentangan dengan keamanan, karena mengubah keintiman dari sesama jenis menjadi keintiman dengan jenis kelamin pasangan akan menimbulkan perasaan takut, ragu-ragu dan kehilangan harga diri yang semuanya akan meningkatkan kecemasan. Keintiman bertentangan dengan kepuasan seksual, mereka kesulitan mengkombinasikan intimasi dengan kepuasan seksual untuk diarahkan kepada satu orang paling tidak karena empat alasan:
1)      Banyak adolesen yang melakukan sublimasi terhadap dorongan genitalnya, untuk mencegah penggabungan dorongan seks dengan keintiman.
2)      Dorongan genital yang sangat kuat dapat dipuaskan melalui masturbasi atau hubungan sekd tanpa keintiman. Adolesen awal tidak mempunyai alasan yang mendesak untuk menggabung dorongan seks dengan intimasi.
3)      Masyarakat membagi objek seksual menjadi dua, “baik” dan “buruk”, sedang remaja selalu memandang “baik”.
4)      Alasan kultural, orang tua, guru dan otoritas lainnya melarang keintiman dengan seks yang sama karena takut menjadi homoseksualitas, tetapi mereka juga melarang intimasi dengan jenis kelamin yang berlainan karena takut dengan penyakit menular seksual, kehamilan dan kawin dini.
2.3.6   Adolesen Akhir (Late Adolescense); Kemantapan Seks – Tanggung Jawab Sosial (16 – awal 20an)
Periode ini berakhir sampai pemuda mengenal kepuasan dan tanggung jawab dari kehidupan sosial dan warga negara dewasa. Selama periode ini, pengalaman semakin banyak terjadi pada tingkat berpikir sintaksis. Apakah orang bekerja atau melanjutkan kuliah, mereka harus memperluas pemahamannya mengenai sikap hidup orang lain, pemahamannya mengenai tingkat saling ketergantungan dalam hidup, dan cara menangani berbagai jenis masalah interpersonal. Tahap ini ditandai dengan pemantapan hubungan cinta dengan satu pasangan. Namun menurut Sullivan perkembangan luar biasa tinggi dalam hubungan cinta dengan orang lain bukan tujuan utama kehidupan, tetapi sekedar sumber utama kepuasan hidup.
Pencapaian akhir periode ini adalah self-respect, yang menjadi syarat untuk menghargai orang lain. Menurut Sullivan, umumnya orang menghina atau menjatuhkan orang lain, karena orang itu mempunyai kualitas yang mencemaskan atau memalukan diri sendiri. Jadi, kalau oramg dapat menghargai diri sendiri, dia akan menghargai orang lain.
2.3.7   Kemasakan (Maturity)
Setiap prestasi penting tahap yang terdahulu akan menjadi bagian penting dari kepribadian masak. Jadi dewasa yang masak hendaknya hendaknya sudah belajar memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang penting; bekerjasama dan berkompetensi dengan orang lain, mempertahankan hubungan dengan orang lain yang memberi kepuasan intimasi dan seksual; dan berfungsi secara efektif di masyarakat dimana dia berada. Menurut Sullivan, di antara pencapaian-pencapaian itu, intimasi yang paling penting.
2.4  Aplikasi Psikiatri Interpersonal
2.4.1   Gangguan Mental
Menurut Sullivan, semua gangguan mental berasal dari cacat hubungan interpersonal dan hanya dapat dipahami melalui referensi lingkungan sosial orang itu. Sullivan banyak menangani schizophrenia yang dia bedakan menjadi dua; schizophrenia yang menunjukkan simptom organik dan schizophrenia yang disebabkan faktor sosial. Schizophrenia kedua inilah yang perubahan dan perbaikannya dilakukan melalui psikiatri interpersonal.
2.4.2   Psikoterapi
Umumnya terapi model Sullivan mula-mula berusaha untuk mengungkap kesulitan klien dalam berhubungan dengan orang lain, dan berusaha untuk mengganti motivasi disjungtif (berpisah) dengan motivasi konjungtif (bergabung). Motivasi konjungtif menyatakan kepribadian dan membuat klien bisa memuaskan kebutuhan dan meningkatkan perasaan amannya. Sullivan membagi interview dalam empat tahapan; pembukaan (formal inception), pengamatan (reconnaissance), pertanyaan detail (detailed inquiry), dan pemberhentian (termination).





3.      PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Harry Stack Sullivan lahir di suatu daerah pertanian dekat Norwich, New York pada tanggal 21 Pebruari 1892 dan meninggal pada tanggal 14 januari 1949 di Paris, Perancis. Dia merupakan salah satu tokoh yang ikut melengkapi teori psikoanalisis dengan pandangan psikologi sosial. Sullivan dalam teorinya tentang hubungan-hubungan antar pribadi semakin mengukuhkan teori kepribadian yang berlandaskan proses-proses sosial. Kontribusi utama Sullivan terhadap teori interpersonal adalah pemikirannya akan tahap perkembangan.
Sulivian tegas memandang sifat dinamika kepribadian, sehingga merendahkan konsep id-ego-superego-dll. Yang membuat kepribadian menjadi stabil/statis. Namun ternyata dia juga memberi tempat penting dalam teorinya beberapa aspek kepribadian yang nyata-nyata stabil dalam waktu yang lama yaitu: dinamisme, personifikasi, sistem self, dan proses kognitif.
Sullivan mulai dengan konsepsi umum tentang organisme, yakni suatu sistem tegangan yang secara teoritis dapat bervariasi antara batas pengendoran mutlak (absolute relaxation) atau euphoria (perasaan sangat bahagia dan gembira) sebagaimana Sullivan lebih suka menyebutnya, dan tegangan mutlak seperti halnya yang terjadi dalam perasaan takut yang luar biasa. Enerji dapat maujud dalam bentuk tegangan (tension) atau dalam bentuk tingkah laku itu sendiri (energy trabsformation).









DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Nastha R. 2013. Teori Kepribadian Sulivian. Di unduh tanggal 09 Februari 2015. Di http://abdulhadifamily.blogspot.com
Alwisol. 2010. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM PRESS
Maman. 2009. Psikiatri Interpersolan Harry Stack Sullivian. Di akses tanggal 09 Februari 2015. Di https://unikunik.wordpress.com

Sidiq, Achmad A. 2013. Harry Stack Sullivian. Di akses tanggal 24 Februai 2015. Di http://soponyonogroup.blogspot.com


beribu maaf karena kurang pas,, 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar