BK KARIR
“TEORI HOLLAND”
Disusun Oleh:
Anisa dwi arfiani (06071281320010)
Desi retno sari (060711813200
Ike krisnawati 060711813200
Tiara Wulandari (06071281320020)
Siti munawaroh (0607128132000
Dosen Pengasuh:
Dra. Kelanawati
Karim,M.Sc.Ed
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVESRSITAS SRIWIJAYA
2015
I PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Usaha menyiapkan siswa agar dapat
memenuhi harapan orang tua, masyarakat dan pemerintah mempersiapkan
siswa agar dapat menjadi anggota masyarakat yang mempunyai ketrampilan sehingga
merupakan tenaga kerja yang terampil maka sekolah mengusahakan suatu
usaha yang nyata untuk memberikan layanan bimbingan.
Untuk membantu anak dalam
mengembangkan diri secara optimal sehingga dapat merencanakan pencapaian pekerjaan sebagai
landasan karier yang seslla dengan kemampuan, bimbingan karier sebagai
salah satu bidang layanan bimbingan konseling sangat dibutuhkan. Karena
bimbingan karier merupakan bimbinganyang mencakup kegiatan bimbingan kepada
siswa dari memilih, menyiapkan diri, mencari dan menyesuaikan diri terhadap
karier (Aryatmi Siswohardjono, 1990: 457). Dengan layanan bimbingan karier yang
sudah diberikan diharapkan siswa dapat memahami karakteristik dirinya dalam hal
minat, nilai-nilai, kecakapan dan ciri-ciri kepribadian serta
dapat rnengidentifikasikan bidang pekerjaan yang luas,
yang mungkin lebih cocok bagi rnereka selanjutnya diharapkan siswa dapat
menemukan karier dan melaksanakan karier yang efektif serta memberikan
kelayakan hidup.
Bimbingan karier
merupakan salah satu aspek bimbingan perkembangan, sehingga sangat diperlukan sepanjang perkembangan anak, lebih
baik jika bimbingan itu diberikan ke anak sejak
rnasa kanak-kanak bahkan sebelun masuk
sekolah, yang diteruskan di masa sekolah dasar, di
sekolah lanjutan dan di perguruan tinggi, bahkan mungkin masih
diperlukan sewaktu seseorang sudah memasuki dunia kerja,
dengan harapan bahwa dengan bimbingan yang diberikan akan
membantu dalam penyesuaian diri dengan sifat dan situasi
kerja.
Dari
berbagai tori tentang penentuan karir individu, maka didalam makalah ini akan
membahas bagaimana teori Holland dalam menentukan karir individu yang sesuai
dengan lingkungan, latar belakng pribadi, dan situasi kerja.
1.2 RUMUSAN MASALAHAN
1.
Untuk mengetahui bagaimana cara pandang teori
Holland dalam menentukan karir dimasa depan?
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
Setelah
mengetahui tentang rumusan masalah, maka dapat diketahui bahwa tujuan dari
makalah ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh teori Holland dalam
menentukan karir individu dimasa depan.
II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN
BIMBINGAN dan KONSELING KARIR
Menurut
Ruslan A.Gani (2012:13), bimbingan karir merupakan suatu proses bantuan,
layanan, dan pendekatan terhadap individu, (siswa/remaja), agar individu yang
bersangkutan dapat mengenal dirinya, memahami dirinya, dengan bentuk kehidupan
yang diharapkannya, untuk menentukan pilihanya, dan mengambil suatu keputusan
bahwa keputusanya tersebut adalah yang paling tepat, sesuai dengan keadaan
dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tujuan pekerjaan/karir
yang dipilihnya.
Meurut Bezanson & Monsebrateen (dalam Sukardi,
1994:8), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan konseling karir adalah:
wawancara diantara seorang konselor dan seorang konseli yang dititik beratkan
dalam mengenal dan membahas kemungkinan-kemungkinan pekerjaan, jabatan atau
karir konseli secara realistis, mengenal cara pemecahan masalah dan
tindakan-tindakan korektif yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan ini dan
mengimplementasikan suatu rencana pengintregasian arah kegiatan konseli kedalam
pasaran kerja.
Dengan
demikian pengertian bimbingan dan konseling karir dalah suatu wawancara yang
dilakukan oleh konselor berupa layanan, bantuan, dan pendekatan terhadap
konseli yang menitikberatkan pekerjaan/karir, agar konseli yang bersangkutan
dapat mengenal dan memahami diri dan karirnya sesuai dengan pilihan
pekerjaan/karirnya, dapat mengenal cara pemecahan masalah yang kemungkinan
terjadi dalam suatu pekerjaan/karirnya sehingga tujuan suatu pekerjaan/lkarir
dapat tercapai secara optimal.
2.2
TUJUAN
BIMBINGAN dan KONSELING KARIR
Sesuai
dengan pengertian bimbingan dan konseling karir diatas maka dapat dikemukakan
bahwa tujuan bimbingan dan konseling karir antara lain:
1. Dapat
menilai dan memahami dirinya terutama mengenai potensi-potensi dasar, minat,
sikap, dan kecakapan.
2. Mempelajari
dan mengetahui tingkat kepuasan yang mungkin dapat dicapai dari suatu
pekerjaan.
3. Mempelajari
dan mengetahui berbagai jenis pekerjaan dan potensi yang berhubungan dengan
potensi dan minatnya.
4. Memiliki
sikap yang positif dan sehat terhadap dunia kerja, artinya skiswa dapat
memberikan penghargaan wajar terhadap setiap jenis pekerjaan.
5. Memperoleh
penghargaan mengenai semua jenis pekerjaan yang ada dilingkunganya.
6. Mempelajari
dan mengetahui jenis-jenis pendidikan atau latihan yang diperlukan untuk suatu
pekerjaan tertentu.
7. Dapat
memberikan penialaian pekerjaan secara tepat.Surya (dalam Ruslan A.Gani
2012:14).
8. Mengajar
konseli untuk bebas berupaya dalam mencapai dan mempertahankan kepuasan kerja.
9. Untuk
memperkuat pilihan suatu pekerjaan/karir yang telah konseli pilih secara tepat.
10.
Menemukan fakta tentang diri dan dunia
pekerjaan/karir yang belum diketahui.
Dari tujuan bimbingan dan konseling
karir diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pada pokoknya untuk membatu
individu dapat memahami dirinya, memahami dunia kerjanya, dan mngadakan
penyesuaian diri dan dunia kerja melalui pembuatan rencana karir dan
pengambilan karir secara tetap dan efektif.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut kepada setiap konselor yang melibatkan
dirinya dalam masalah karir dituntut untuk meningkatkan kepercayaan diri
konseli,
melalui pendekatan-pendekatan dan teknik yang sesuai bagi masing-masing
konseli, terutama untuk membantu konseli dalam proses merencanakan, memilih,
menetapkan, mengimplementasikan, \serta memutuskan pekerjaan/karir masa depanya
secara tepat dan efektif. Ketut Sukardi(1994:18).
2.3
PRINSIP-PRINSIP
BIMBINGAN DAN KONSELING KARIR DISEKOLAH
Menurut Tatang dalam http://tatangsupriadi.blogspot.com/2015/01/bk-karir-pengertian-karir-dan-bimbingan.html.
Bimbingan
karier di sekolah dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan, maka beberapa pandangan tentang prinsip-prinsip
bimbingan perlu diperhatikan oleh para pembimbing pada khususnya dan
administrator sekolah pada umumnya, terutama dalam penyusunan program
pelaksanaan layanan bimbingan karier di sekolah. Secara umum prinsip-prinsip
bimbingan karier di Sekolah, adalah sebagai berikut:
1.
Seluruh siswa
memiliki kesempatan yang sama untuk
mengembangkan dirinya
dalam pencapaian kariernya secara tepat.
Tidak ada perkecualian, baik itu yang kaya maupun yang miskin, dan faktor-faktor lainnya.
2.
Setiap siswa harus memahami
bahwa karier itu adalah sebagai suatu jalan hidup, dan
pendidikan adalah sebagai persiapan dalam
hidup.
3.
Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman
yang cukup memadahi terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan
perkernbangan sosial pribadi dan
perencanaan pendidikan karier.
4.
Siswa secara keseluruhan
hendaknya dibantu untuk memperoleh pemahaman tentang
hubungan antara pendidikannya dan kariernya.
5.
Setiap siswa hendaknya memilih kesempatan
untuk menguji konsep, berbagai peranan dan
ketrampilannya guna
mengembangkan nilai-nilai dan norma-nonna yang memiliki
aplikasi bagi karier di masa depannya.
6.
Program bimbingan karier di sekolah hendaknya berpusat
di kelas, dengan koordinasi oleh pembimbing, disertai partisipasi orang tua dan
kontribusi masyarakat.
Dari beberapa prinsip yang terdapat
dalam bimbingan karier tersebut dapat disimpulkan bahwa, bimbingan karier dalam
pelaksanaannya memiliki pedoman yang umum dan jelas dalam memberikan pelayanan
kepada siswanya dalam mendeteksi diri, memberikan layanan tentang karakteristik
dunia kerja sehingga mampu menciptakan kemandirian siswa dalam
menentukan arah pilih karier yang sesuai dengan keadaan dirinya, agar mampu
mencapai kebahagiaan hidup dimasa depan
kariernya.
2.4
TEORI
PEMILIHAN KARIR DARI HOLLAND
1.
Konsep
Dasar Teori Holland
Pada tahun 1966, Holland berpendapat bahwa
lingkungan-lingkungan okupasional itu adalah realisrik, intelektual, artistik,
sosial, pengusaha dan konvensional demikian juga tipe kepribadian yang diberi
nama yang sama. Tingkatan orientasi kepribadian individu menetukan lingkungan
yang dipilihnya, semakin jelas tingkatan orientasi model pribadi (suatu proses
perkembangan yang ditentukan melalui pembawaan dan riwayat hidup yang bereaksi
dengan tuntutan lingkungan) individu menetukan lingkungan maka semakin efektif
pencarian lingkungan yang sesuai. Pengetahuan individu tentang diri dan
lingkungan diperlukan untuk menetapkan pilihan yang sesuai.
Pada tahun 1973 teori Holland direvisi
bahwa tipe-tipe kepribadian dan okupasi lingkungan itu realistik, investigatif,
artistik, sosial, pengusaha, dan konvensional. Dan holland juga mnegakui bahwa
pandanganya berakar dalam psikologi diferensial, teutama penelitian dan
pengukuran terhadap minat, dan tradisi psikologi kepribadian yang mempelajari
tipe-tipe kepribadian. Dari dua sumber tersebut Holland mengasumsikan bahwa
orang yang memiliki minat yang berbeda-beda dan bekerja dalam lingkungan yang
berlainan sebenarnya adalah orang yang berkepribadian lain-lain dan mempunyai
sejarah hidup yang berbeda. Manrihu 1992 (dalam creater-development-theory-and enviroment-models.California.state.uversity.scenario.www.wsus.edu/cereectcentre.).
Menurut Holland (dalam Ketut Sukardi
1994:50), pilihan karir ialah suatu ekspresi atau suatu perluasan kepribadian
dalam dunia kerja yang diikuti oleh identifikasi berikutnya dengan stereotipe
pekerjaan yang spesifik. Perbandingan antara diri (self) dengan persepsi
terhadap suatu pekerjaan dan penerimaan atau penolakan adalah penentu utama
dalam pilihan karir. Keseuaian antara tinjauan diri (self) seseorang dengan penetapan pemilihan pekerjaan ialah
berhubungan dengan model gaya pribadi.
2.
Tipe
Kepribadian Menurut Holland
John L. Holland merumuskan tipe
kepribadian menjadi enam golongan, setiap golongan dijabarkan kedalam suatu
model teori yang disebut orientasi model. Orientasi model pribadi adalah suatu
proses perkembangan yang ditentukan melalaui pembawaan dan riwayat hidup
individu yang bereaksi dengan tuntutan lingkungan dengan penyesuaian yang khas
(adaptive behaviors), motif dan kebutuhan psikologis, konsep diri, riwayat
hidup, tujuan kependidikan dan karir, peran pekerjaan yang diinginkan,
kemampuan dasar, dan intelegensi. Kemiripan seseorang dengan masing-masing
model disebut pola kepribadianya. Seseorang yang paling mendekati kemiripanya
dengan suatu orientasi model tertentu, model itulah yang merupakan tipe
kepribadiannya.
Dalam perkembangan tipe kepribadian merupakan
hasil dari interaksi-interaksi faktor-faktor pembawaan dan lingkungan dan
interaksi-interaksi ini membawa kepada preferensi-preferensi untuk jenis
aktivitas khusus yang pada giliranya mengarahkan individu kepada tipe
prilaku-prilaku tertentu yang rangkumanya adalah sebagai berikur: Manrihu 1992
(dalam creater-development-theory-and
enviroment-models.California.state.uversity.scenario.www.wsus.edu/cereectcentre.).
a. Tipe
realistik
Tipe
realistik, yaitu: tipe pribadi yang preferensinya pada aktivitas-aktivitas yang
memerlukan manipulasi eksplisit, teratur, atau sistematik terhadap objek-objek,
alat-alat, masin-mesin, dan binatang binatang. Tidak suka aktivitas pemberi bantuan
atau pendidikan. Preferensinya membawa kepada pengembanagn konpetensi dalam
bekerja dengan benda-benda, binatang-binaytang, alat-alat, dan perlengkapan
teknik, dan mengabaikan kompetensi sosial dan pendidikan. Mengggap diri baik
dalam kemampuan mekanikal dan atletik dan tidak cakap dalam ketrampilan sosial.
b. Tipe insvestigatif
yaitu tipe
pribadi yangmemrlukan penyelidikan observasional, simbolik, sistematik, dan
kreatif terhadap fenomea fisik, biologis, dan kultural agar dapat memahami dan
mengontrol fenomena tersebut, dan tidak menyukai aktivitas persuasif, sosial,
dan repuratif. Contoh-contoh uanag memilih kebutuhan tipe ini adalah ahli
kimia, fisika.
c.
Tipe artistik
yaitu lebih
menyukai aktivitas yang ambiguous, bebas, dan tidak tersistematisasi untuk
menciptakan produk artistik, seperti lukisan, darama karangan. Tidak menyukai
aktivitas yang sistematik, teratur, dan rutin. Kompetensi dalam upaya artistik
dikembangkan secara rutin, sistematik, klerikal diabaikan. Memandang diri sebagai ekspresif, murni,
independen dan memiliki kemapuan artistik. Ciri khusus adalah emosional,
imaginatif, dan murni.
d.
Tipe sosial
yaitu lebih
menyukai aktivitas yang melibatkan orang lain dengan penekanan pada membatu,
mengajar, atau menyediakn bantuan. Tidak menyukai aktivitas rutin dan
sistematik yang melibatkan objek-objek dan materi-materi. Kompetensi sosial
cenderung dikembangkan, dan hal yang bersifat manual&teknik diabaikan.
Menganggap diri konponen dalam membantu dan mengajar orang lain serta menilai
tinggi aktivitas hubungan sosial. Ciri khusus kerja sama, bersahabat,
persuasif, dan bijaksana.
e.
Tipe
enterprising
yaitu lebih
menyukai aktivitas yang melibatkan manipulasi terhadap orang-orang lain untuk
perolehan ekonomik atau tujuan organisi. Tidak menyukai aktivitas yang
sistematik, abstrak, dan ilmuah. Konpetensi kepemimpinan, persuatif, dan yang
bersifat supervisi dikembngkan, dan yang ilmiah diabaikan. Memandang diri
sebagai agresif, popular, percaya diri, dan memiliki kemampuan memimpin.
Keberhasilan politik dan ekonomi dinilai
tinggi. Ciri khusus ambisi, dominasi, optimisme, dan sosiabilitas.
f.
Tipe
konvensional
yaitu lebih
menyukai aktivitas yang manipulasi data yang ekplisit, teratur, dan sistematik
guna memberikan kontibusi kepada tujuan organisasi. Tidak menyukai aktivitas
yang tidak pasti, bebas dan tdak sistematik. Kompetensi dikembangkan dalam
bidang klerikal, kompuasional, dan sistem usaha. aktivitasartistik, dan
semacamnya diabaikan. Memandang diri sebagai teratur, mudah menyesuaikan diri,
dan memiliki ketrampilan klerikal nuerikal. Ciri khusus efesien, keteraturan,
praktikalitas, dan pemegang buku.
3.
Teori Tipe Kepribadian
Kepribadian
seseorang karena pengaruh lingkungan dan bawaan dari diri sendiri atau
keturunan, Holland menjelaskan pandanganya menjadi 3 ide yaitu: Manrihu
1992,(dalam creater-development-theory-and
enviroment-models.California.state.uversity.scenario.www.wsus.edu/cereectcentre.).
a.
Semua orang dapat digolongkan menurut
patokan samapai berapa jauh mereka mendekati salah satu diantara tipe kepribadian,
semakin mirip seseorang dengan salah satu enam tipe kepribadian tersebut maka
semakin tampak ciri-ciri dan corak teoritis atau tipe ideal, yang merupakan
hasil interaksi antara faktor internal dan eksternal. Berdasarkan interaksi
manusia dapat menemukan hal-hal yang baru dan menyenangkan, kemudian melahirkan
sesuatu minat yang kuat dan menumbuhkan katrampilan tertentu. Bila tipe
kepribadian sanagat mirip dianatara enam tipe kepribadian maka dapat diambil
profil total melalaui testing psikologis dan analisis sejarah hidup sehubungan
dengan aspirasi okupasi.
b.
Berbagai lingkungan yang didalamnya
orang hidup dan bekerja, dapat digolongkan menurut patokan samapi berapa jauh
suatu lingkungan mendekati salah satu
model lingkungan yaitu: lingkungan realistik (realistik), lingkungan
penelitian/pengusutan (investigative), lingkungan kesenian (artistic),
lingkungan pengusaha (enterprising), lingkungan pelayanan sosial (sosial),
lingkungan bersuasana kegiatan rutin (konvensional). Semakin mirip lingkungan teretentu
denagn model lingkungan maka semakin tampak didalamnya corak dan suasana
kehidupan yang khas untuk lingkungan yang bersangkutan. Orang yang menempati
suatu lingkungan tertentu dengan tipe keribadian tertentu dan berkumpul untuk
hidup bekerja sama mereka menciptakan susana yang menarik untuk menggabungkan
diri dengan tipe yang sama, metode untuk mengetahui tipe kepribadian dapat
menghitung jumlah orang yang dari berbagai tipe dan dari jumlah tersebut
ditransformasikan menjadi presentase, semakin tinggi presentase maka semakin
khas kepribadian tersebut menciptakan suasana
c.
Perpaduan antara tipe kepribadian
tertentu dan model lingkungan yang sesuai menghasilkan keselarasan dan
kecocokan, sehingga seseorang dapat mengembnagkan diri dalam lingkungan okupasi
tertentu dan merasa puas.
4.
Aplikasi
Teori Holland Disekolah
Pandangan holland sangat relevan bagi
bimbingan karir pada jenjang pendidikan awal dan pendidikan tinggi. Penekanan
yang diberiakn pada tingkat pemahan diri sehubungan dengan beberapa kualitas bombingan
yang dimiliki konselor untuk informasi yang akurat mengenai lingkungan okupasi,
menyandarkan lembaga bimbingan akan tugasnya membantu individu menal dirinya
dan lingkungan hal ini sangat diperlukan untuk memilih okupasi yang matang.
Selanjutntya Holland juga mengembangkan alat untuk individu dalam pemilihan
karir yaitu the occupations finder dan the self-directed search, yang manyakan
kagiatan/aktivitas yang diminati, dan dievalusi diri dalam bebrapa ketrampilan,
harus dicocokan dengan sistem klasifikasi okupasi yang berlandasan pada teori
yang sama, dengan demikian individu dapat menemukan sejumlah alternatif pilihan
okupasi untuk pertimbangan lebih lanjut.
5.
Kelebihan
Dan Keuntungan Teori Holland
Kelemahan dalam teori ini adalah kurang
ditinjau dari proses perkembangan yang melandas keenam tipe kepribadian dan
tidak menunjukkan fase tertentu dalam proses perkembangan dan rentang umur.
Teori hollad dinilai sebagai teori
komperhensif oleh para ahli psikologis karena meninjau pilihan okupasi sebagai
bagian dari keseluruhan pola hidup seseorang dan sebagai teori yang mendapat
banyak dukungan dari hasil penelitian yang menyangkut model lingkungan dan tipe
krpbadian.
6.
Teori
Kepribadian dan Psikologis Individu Menurut Holland
1. Realistic
. Kemampuan mekanikal, psikomotor dan atlentik yang baik. Jujur, setia, suka
kegiatan diluar, lebih suka bekerja dengan alat (, tumbuhan dan hewan), lebih
suka kegiatan fisik, lebihmesin kegiatan konkrit, tidak suka bersosialisasi,
menyukai hal suka yang sederhana (buruh, petani supir).
2.
Investigasi. Kemapuan memecahkan masalh
dan analitis yang baik, berfikir matematis, suka mengobservasi, lebih suka
bekerja sendiri, pemberi ide, (hari-hati, kritis, dan selalu ingin tahu), suka kedisiplinana,
sistematis. Lingkungan okupasional ilmiah seperti ahli kimia, fisika,
matematik. Teknis seperti teknis lab, programer, pekerja elektronik.
3.
Artistic. Berfikir abstrak, menyukai
keindahan, (kreatif, suka hal kompleks, emosional, intuitif, ideal), suka
bekerja secara mandiri, (suka menyanyi, menulis, berekting, melukis),
imagnatif, tidak dapat diduga, suka sistematis.
4.
Sosial.
Komunikatif, (bersahabat, mudah bergaul), (suka memberi dan membantu), baik,
bertanggung jawab, mempunyai toleransi yang baik, dapat memahami, kemampuan
verbal dan personal yang baik. Okupasionalnya edukasional guru, administrasi
pendidikan dan profesor. Kesejahteraan sosial seperti pekerja sosial,
sosiologi, konselor.
5.
Enterprising. percaya diri, mudah beradaptasi, ambisius,
(kemampuan bahasa dan pemimpin yang baik), suka pengaruh seseorang, kemampuan
interpersonal yang baik, (penuh energi, optimis persuasif), suka mengambil
resiko, spontan suka mengontrol. Okupasinalnya manager
6.
Convensioanl.
Tergantung pada orang lain, tidak kreatif, ()suka disiplindan ketetapan, suka memperhatikan
detail, efesien, melaksanakan tugas secara teratur, kelampuan klerikel dan
numerical yang baik, stabil dan tradisional.
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari barbagi penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa Holland mengemukakan individu terbagi menjadi 6 tipe
kepribadian diantaranya realistik, intelektual, konvensional, enterprising,
artistik, dan sosial. Perkembangan tipe kepribadian tersebut akibat dari
interaksi dengan lingkungan dan yang menentukan dari tipe kepribadian adalah
faktor bawaan diri sendri dan lingkungan.
Individu dapat menetukan karir secara
gemilang apabila tipe kepribadian yang khas diterima didalam suatu lingkungan
kerja, selanjutnya minat yang dimiliki individu yang besar dan sosial yang
mendukung utuk bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Ghani, Ruslan.
2012. Bimbingan Karir. Angkasa
Bandung: Bandung.
Siswohardjono,
Aryatmi. 1990. Perspektif Bimbingan Konseling dan Penerapanya
di Berbagai
Institusi. Semarang:
Satya Wacana.
Ketut, Dewa. 1994. Penggunaan Tes
Dalam Konseling Kari: Teori Konsep&interpretasi Tes. Usaha Nasional:
Surabaya-Indonesia.
Manrihu
1992 (dalam creater-development-theory-and
enviroment-models.California.state.uversity.scenario.www.wsus.edu/cereectcentre.). diakses pada 2015-02-16.
Tatang http://bit.ly/copy_winhttp://tatangsupriadi.blogspot.com/2015/01/bk-karir-pengertian-karir-dan-bimbingan.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar