Selasa, 31 Maret 2015

BK KARIR-traid and faktor

PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
                Konseling dengan pendekatan Trait and Factor, digolongkan ke dalam kelompok pendekatan pada dimensi kognitif atau rational. Dalam proses penanganan kasus konseling menggunakan metode rational. Teori atau pendekatan ini secara intelektual, logis dan rasional menerangkan, memecahkan kesulitan-kesulitan klient dalam suatu proses konseling. Konseling dengan pendekatan Trait and Factor atau pendekatan rasional ini sering disebut konseling yang direktif (directive counseling), karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan perilakunya menuju pemecahan kesulitannya, sehingga konseling ini juga disebut konseling yang “counselor centered” dan ada juga yang menyebutnya sebagai “clinical counseling”.
Beberapa pendapat mengenai esensi konseling ini telah dikemukakan oleh para ahli dalam pendekatan ini yang kesemuanya itu sepenuhnya menggambarkan bahwa konseling ini benar-benar bersifat “directive”. Akan tetapi kemudian terdapat perubahan-perubahan pendapat diantara mereka. Pertanyaan-pertanyaan kemudian,seperti dari Williamson, Darley, nampak tidak lagi bersifat “directive” atau “counselor-centered”. Penyuluh professional dimanapun mereka pernah mendapat pendidikan, cenderung menempatkan kliennya di pusat proses penyuluhan. Dalam pada itu tidaklah adil kiranya apabila aliran clinical counseling dianggap sebagai pendekatan yang “directive”, meskipun memang benar penyuluh-penyuluh dari aliran ini, sampai begitu jauh, mempertahankan adanya unsur-unsur pengendalian dalam penyelenggaraan wawancara dan oleh karena itu aliran ini “lebih directive” sifatnya dari pada aliran clien-centered counseling. Dalam makalah ini kami akan memaparkan tentang Teori Trait And Faktor.


B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Konsep Trait And Factor Theory?
2.      Bagaimana Aplikasi Trait And Factor Theory dalam Bimbingan dan Konseling Karir?
3.      Apa Kelebihan dan Kelemahan Konseling Trait and Factor?
4.      Bagaimana Peran Konselor dalam Pengaplikasian Konseling Trait and Factor?

C.  Tujuan Penulisan
1.      Agar Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Mengetahui dan Memahami Konsep Trait And Factor Theory.
2.      Agar Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Mengetahui dan Memahami Aplikasi Trait And Factor Theory dalam Bimbingan dan Konseling Karir.
3.      Agar Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Mengetahui dan Memahami Kelebihan dan Kelemahan Konseling Trait and Factor.
4.      Agar Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Mengetahui dan Memahami Peran Konselor dalam Pengaplikasian Konseling Trait and Factor.








PEMBAHASAN
A.  Konsep Trait and Factor Theory
Trait-factor counseling dapat dideskripsikan dengan mengatakan: corak konseling yang menekankan pehaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka probem yang dihadapi, trutama yang menyangkut pilihan program stiudy dan/bidang pekerjaan.
Menurut Munandir (1996) (di dalam Boharudin, 2011) Teori trait and factor  dikembangkan oleh beberapa ahli perkembangan karir seperti Frank Parson, E. G. Williamson, D.G Patterson, J.G Darley, dan Miller yang tergabung dalam kelompok “Minnesota pelopor pengembangan corak konseling ini yang terkenal ialah E.G. Williamson.
Istilah “trait” merujuk pada karakteristik individu yang dapat diukur melalui tes, “factor” merujuk pada karakteristik yang dibutuhkan untuk penampilan kerja yang sukses. Jadi, menurut Sharf,1992 (di dalam Boharudin, 2011) istilah “trait and factor” merujuk pada penilaian karakteristik individu dan pekerjaan
Corak konseling ini di kenal juga dengn nama directive conseling  atau Counselor centered conseling, karena konselor secara sadar mengadakan stukturalisasi dalam proses konseling dan berusaha mempengaruhi arah perkembangan konseli demi kebaikan konseli sendiri. Corak konseli ini menilai tinggi kemampuan manusia untuk berfikir rasional dan memandang masalah konseli sebagai problem yang harus di pecahkan dengan menggunakan kemampuan itu (Problem solving approach). Dalam bukunya yang berjudul vocational conseling (1965)  Williamson (di dalam Boharudin, 2011)menguraikan sejarah perkembangan bimbingan jabatan dan proses lahirnya konseling jabatan yang berpegang pada teori trait –faktor.
Kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu dengan lainya seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Hal yang mendasar bagi konseling sifat dan faktor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. Maksud konseling menurut Williamson adalah untuk membantu perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia, serta tugas konseling sifat dan faktor adalah membantu individu dalam memeperoleh kemajuan, memahami, dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.
Para teoretikus ini mengemukakan, pentingnya kecocokan antara ciri pribadi orang dan persyaratan kerja, makin cocok, makin besar peluang, orang itu mencapai produktivitas dan memperoleh kepuasan. Untuk pengambilan keputusan kerja Parsons mengemukakan 3 hal serangkai yaitu pribadi, pekerjaan, dan kecocokan (pribadi dengan pekerjaan). Individu perlu dibantu memperoleh pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya, pemahaman yang lengkap mengenai syarat-syarat untuk berhasil dalam suatu pekerjaan, dan berdasarkan informasi dan pemahaman itu akan menerapkan penalaran yang benar dalam proses pengambilan keputusan.
Dalam perkembangannya, teori trait and factor mengalami penyesuaian-penyesuaian dari rumusan semula, yaitu jabatan itu soal pencocokan sifat pribadi dengan syarat jabatan. Selain hal tersebut, dipertimbangkan pula nilai sebagai faktor atau sumber tingkah laku. Komitmen nilai ini dikenali dengan menggunakan tes kepribadian atau tes psikologi. Pada intinya, teori trait and factor menekankan pentingnya kecocokan antara ciri pribadi orang dengan persyaratan kerja, makin cocok, makin besar peluang produktivitas kerja orang dan ia kemungkinan akan memperoleh kepuasan. Teori ini kemudian dimodifikasi. Pilihan pekerjaan bukan sekedar soal kecocokan sifat diri dengan syarat pekerjaan, melainkan juga soal pertimbangan segi-segi kognitif, non kognitif, dan berkenaan dengan pandangan bahwa tingkah laku itu berorientasi pada tujuan. Teori ini menekankan pada pentingnya pengukuran atau tes psikologis. Williamson (1939) (di dalam Boharudin, 2011) mengemukakan bahwa hasil tes hanya salah satu cara saja untuk mengevaluasi perbedaan individu. Data lain, seperti pengalaman kerja dan latar belakang individu pada umumnya, merupakan faktor yang sama pentingnya dalam proses konseling karier.
Manrihu (1985) (di dalam Boharudin, 2011) menjelaskan bahwa teori trait and factor termasuk kedalam teori structural.Teori trait and factor memandang individu sebagai organisasi kapasitas dan sifat-sifat lain yang dapat diukur dan dihubungkan dengan persyaratan program latihan atas dasar informasi yang diperoleh tentang perbedaan-perbedaan individu yang menduduki okupasi atau hubungan pilihan karir dan kepuasan. Teori trait and factor lebih deskriptif pengaruhnya terhadap pilihan karir daripada menjelaskan perkembangan karir.
Menurut pandangan parson dan Williamson (di dalam Boharudin, 2011) cirri khas dari teori trait and factor ialah bahwa seseorang dapat menemukan vokasional yang cocok baginya dengan mengkorelasikan kemampuan,potensi,dan wujud minat yang dimilikinya dengan kualitas-kualitas yang secara objektif dituntut bila akan memegang vokasional tertentu.Pandangan ini bagaimana individu membuat pilihan karir yang dapat dipertanggungjawabkan .Kemampuan dan minat individu ini dapat diketahui melalui testing.
Pendekatan faktor sifat/watak bagi pengambilan keputusan karier adalah yang tertua,yang mungkin  paling bertahan lama dari sekian pendekatan teorities yang tersedia bagi konseling karier.
Pada dasarnya teori trait and factor menyatakan bahwa pemilihan karir individu sangat ditentukan oleh kesesuaian kemampuan (abilities), minat ,prestasi,nilai-nilai dan kepribadian dengan dunia kerja.
Dalam bukunya choosing a vacation (1909), frank parsons (di dalam Boharudin, 2011) menunjukan tiga langkah yang harus diikuti dalam memilih suatu pekerjaan yang sesuai, yaitu:
1.      Langkah pertama
Pemahaman diri yang jelas mengenai kemampuan otak, bakat, minat berbagai kelebihan dan kelemahan,serta cirri-ciri yang lain. Pengetahuan tentang keseluruhan persyaratan yang harus dipenuhi supaya dapat mencapai sukses dalam berbagai bidang pekerjaan, serta tentang balas jasa dan kesempatan untuk maju dalam semua bidang pekerjaan itu. Berpikir secara rasional mengenai hubungan antara kedua kelompok fakta diatas. Jadi, langkah yang pertama menggunakan analisis diri:
2.      Langkah yang kedua,
memanfaatkan informasi jabatan (vocational information) yaitu “pengetahuan dari syarat dan kondisi kesuksesan,keuntungan dan ketidak untungan,kompensasi kesempatan dan prospek dalam jalur karir yang berbeda-beda.”pada tahap ini didiskusikan bagaimana konselor dapat membantu konseli dalam mendapatkan pengetahuan ini.
3.      Langkah yang ketiga
Menerapkan kemampuan untuk berfikir rasional guna menemukan kecocokan antara ciri-ciri kepribadian, yang mempunyai relevansi terhadap kesuksesan dan kegagalan dalam satu pekerjaan atau jabatan, dengan tuntutan kualifikasi dan kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan.
Dengan demikian, orang muda bukannya mencari pekerjaan demi asal punya pekerjaan (the bunt of a job), melainkan memilih secara sadar suatu pekerjaan yang berfungsi sebagai jabatan ( the choice of a vocation).
Tahap 1 : Memperoleh Pemahaman Diri
Pada tahap ini dideskripsikan minimal lima jenis tes yang sering digunakan oleh konselor dalam konseling karir trait ang factor, yaitu bakat (aptitudes), prestasi, minat, nilai-nilai dan kepribadian. Berikut penjelasan dari kelima jenis tes tersebut.
  1. Bakat (Aptitudes)
Tes bakat digunakan untuk memprediksi level kemungkinan yang akan terjadi dan kemampuan individu untuk melaksanakan tugas. Bakat individu dapat diketahui melalui tes.Instrumen tes yang biasa digunakan dalam pengukuran bakat ini antara lain: Baterai Primary Mental Abilities (PMA) dari Thurstone, differential Aptitude Tests (DAT) terbitan Psychological Corporation, the ACT Assessment Program Academic Tests (ACT), dan Armed Services Vocational aptitude Battery(ASVAB). Di Indonesia untuk mengukur bakat individu dugunakan tes yang bernama Intelligence Structure Tests (IST) yang terdiri dari 9 aspek bakat.
b.      Prestasi (Achievements)
Sharf (1992) (di dalam Boharudin, 2011) mengemukakan bahwa”achievement refer to a board range of events that individuals participate in and accomplish during their lifetime”. Prestasi dapat dibagi kedalam tiga tipe,yaitu: pertama, prestasi akademik ,biasanya diukur dengan angka,tetapi dengan skor tes khusus.kedua, prestasi dalam kerja,seperti kesempurnaan tugas-tugas.ketiga, yang sangat cocok dengan teori trait and factor ,yaitu prestasi yang terkait dengan syarat-syarat untuk memasuki dunia kerja.Prestasi dapat diukur secara kuantitaif melalui tes-tes yang digunakan untuk memasuki salah satu profesi.
c.       Minat(Interests)
Menurut Kamisa (1997) (di dalam Boharudin, 2011)Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan. Minat adalah sesuatu yang bersifat pribadi dan berhubungan berat dengan sikap.Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan sesuatu menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya. Hurlock(1986) (di dalam Boharudin, 2011) mengatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang merela inginkan bila mereka bebas memilih.Herr & Crammer (1984) (di dalam Boharudin, 2011) mengemukakan bahwa minat adalah ENTRY POINT yang dapat memprediksikan karir individu daripada bakat dengan beberapa kemampuan.Alasannya adalah bahwa memasuki pekerjaan dapat diprediksi lebih baik dari minat daripada sikap individu dengan banyak kemampuan yang bisa memilih dari rangkaian yang luas.Tidak sama dengan tes sikap mempunyai skala kerja yang khusus.
d.      Nilai-nilai(values)
Nilai-nilai melambangkan sesuatu yang penting. Nilai-nilai sebagai suatu yang sulit untuk memperkirakan kemungkinannya. Nilai-nilai yang sangat penting dalam konseling karir yaitu nilai-nilai umum dan nilai-nilai dunia kerja.adapun maksud dari pengetahuan mengenai nilai-nilai ini adalah agar individu mampu memutuskan arah karir yang jelas.Instrumen inventori yang digunakan adalah: Study of values (SV) yang mengukur aspek: theoretical, economic, aesthetic, social, political, and religious, Value scale (VS) yang mengukur aspek: ability utilization, achievement, advancement, aesthetics, altruism, authority, life style, dan lainnya (di dalam Boharudin, 2011).
e.       Kepribadian (Personality)
Pengukuran dari kepribadian telah menjadi area penting dari belajar dan berguna untuk mengkonseptualisasikan individu dalam pilihan vokasional. Minimal terdapat tiga jenis instrument untuk mengukur kepribadian individu, yaitu California Psychological Inventory(CPI), the sixteen Personality Factor Questionaire(16 PF). Konselor dapat mencocokan profil kepribadian konseli dengan karir yang cocok.

Tahap 2 : Memperoleh Pengetahuan tentang Dunia Kerja
Informasi pekerjaan ialah unsure penunjang kedua dari teori trait and factor. Peran konselor adalah membantu konseli untuk mengumpulkan informasi pekerjaan. untuk mengumpulkan informasi tidak perlu tergantung hanya kepada pengetahuan karir seorang konselor, tetapi menggunakan banyak sumber untuk menambah pengetahuan ini.Terdapat tiga aspek penting terkait dengan informasi pekerjaan ,yaitu 1. Menggambarkan pekerjaan, kondisi pekerjaan atau masalah gaji. 2. Pengelompokkan pekerjaan dan 3. Membantu mengetahui karakteristik dan kebutuhan untuk masing-masing pekerjaan.
Jenis-jenis informasi pekerjaan, informasi pekerjaan dapat dieksplorasi dari berbagai sumber yang berbeda,contohnya melalui brosur yang dibuat oleh asosiasi pekerjaan professional,pamphlet,yang bisa didapatkan melalui penerbit khusus yang menangani tentang informasi pekerjaan.tipe informasi yang paling penting untuk konselor adalah mengetahui uraian tentang berbagai jenis pekerjaan.
System Klasifikasi, karena system klasifikasi ini dapat membingungkan dari banyaknya informasi yang tersedia bagi konselor dan konseli,system klasifikasi ini perlu disusun untuk informasi pekerjaan.Sistem klasifikasi ini telah dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.
Tahap 3 : Mengintegrasikan Informasi tentang Diri dan Dunia Kerja
Langkah ketiga ini adalah mengintegrasikan informasi tentang diri dan dunia kerja.Informasi pekerjaan diindikasikan dengan bahan-bahan penerimaan,ketertarikan atau minat,nilai,dan karakter pribadi yang dibutuhkan setiap pekerjaan.
B.  Aplikasi dalam Bimbingan dan Konseling Karir
Aplikasi dalam bimbingan dan konseling karir menurut teori trait and factor (di dalam Asti Purwanti, 2013) yaitu seorang konselor dapat menggunakan alat tes psikologis yang dimanfaatkan untuk mendiagnosis atau menganalisis seseorang mengenai ciri-ciri atau dimensi kepribadian tertentu dalam pemilihan karir yang sesuai dengan kondisi konseli. Sebagai seorang konselor harus mampu memahami sifat diri/dimensi kepribadian dari konseli, dimana dalam hal ini konseli tersebut belumlah mampu mengenali dirinya sendiri sehingga konseli tersebut mengalami masalah karir dalam kehidupannya.
Jika seorang konseli dengan bantuan dari konselor sudah mampu mengenali atau memahami dirinya sendiri, maka konseli tersebut tidak akan mengalami kesulitan dalam memilih karir yang sesuai dengan potensi atau kemampuan yang dimilikinya. Akan tetapi, pilihan karir tidak hanya ditentukan oleh sifat diri/dimensi kepribadian dari konseli melainkan konselor juga harus mampu memberikan data mengenai pengalaman kerja dan latar belakang individu (konseli) pada umumnya. Proses konseling menurut teori trait and factor ini dibagi ke dalam 5 tahapan (di dalam Asti Purwanti, 2013), diantaranya:
1.    Analisis, merupakan tahap yang terdiri dari pengumpulan data atau informasi dari konseli.
2.    Sintesis, merupakan tahap merangkum dan mengatur data dari hasil analisis yang sedemikian rupa, sehingga akan menunjukkan bakat konseli, kemampuan serta kelemahannya, dan kemampuan dalam menyesuaikan diri.
3.    Diagnosis, merupakan tahap untuk menemukan ketetapan dan pola yang mengarah pada permasalahan, sebab-sebab, serta sifat-sifat konseli yang relevan, dan akan berpengaruh pada proses penyesuaian diri.
4.    Konseling, merupakan hubungan membantu konseli untuk menemukan sumber diri sendiri dan sumber di luar dirinya dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian yang optimal sesuia dengan kemampuan/potensi yang dimiliki.
5.    Evaluasi atau treatment, merupakan tindak lanjut dari proses konseling.
Konseling bertujuan untuk mengajak klien berpikir mengenai dirinya dan menemukan masalah dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk keluar dari masalah tersebut. Untuk itu secara umum konseling trait and factor dimaksud untuk membantu klien mengalami (di dalam Asti Purwanti, 2013):
a.       Klarifikasi diri (self clarification)
b.      Pemahaman diri (self understanding)
c.       Penerimaan diri (self  acceptance)
d.      Pengarahan diri (self direction)
e.       Aktualisasi diri (self actualization)

Metode yang dapat digunakan oleh konselor menurut teori trait and factor ini adalah dengan menggunakan teknik-teknik seperti wawancara, prosedur interpretasi tes, dan menggunakan informasi jabatan atau pekerjaan yang selanjutnya akan disusun untuk membantu menyelesaikan masalah karir yang dihadapi oleh konseli. Bimbingan dan konseling karir menurut teori trait and factor ini bertujuan untuk mengajak konseli agar dapat berfikir mengenai dirinya serta mampu mengembangkan cara-cara yang dilakukan agar dapat keluar dari masalah karir yang dihadapi.
Bimbingan dan konseling karir menurut teori trait and factor dapat digunakan terhadap semua kasus yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut, ragam konseling jabatan atau konseling akademik (konseling karir), dimana konseli dihadapkan oleh keharusan untuk memilih beberapa alternatif, konseli telah menyelesaikan minimal jenjang pendidikan SMP dan sudah mulai tampak stabil dalam berbagai ciri kepribadian, konseli tidak menunjukkan kelemahan yang serius dalam beberapa segi kepribadiannya, misalnya selalu ragu-ragu dalam mengambil keputusan karirnya.
C.  Kelebihan dan Kelemahan Konseling Trait and Factor
Kelebihannya  teori ini  (di dalam Addy, 2015) diantara lain:
  1. Teori ciri dan sifat menerapkan pendekatan ilmiah pada konseling .
  2. Penekanan pada penggunaan data test objektif, membawa kepada upaya perbaikan dalam pengembangan test dan penggunanya serta perbaikan dalam pengumpulan data lingkungan
  3. Penekanan yang diberikan pada diagnos mengandung nama sabagai suatu perhatian terhadap masalah dan sumbernya mengarahkan kepada upaya mengkreasian, teknik-teknik untuk mengatasinya
  4. Penekanan pada aspek kognitif merupakan upaya menyeimbangkan pandangan lain yang lebih menekankan afektif atau emosional .
Kelemahan tersebut itu (di dalam Addy, 2015) adalah sebagai berikut:
  1. Kurang diindahkan adanya pengaruh dari perasaan, keinginan , dambaan aneka nilai budaya (cultural values), nilai-nilai kehidupan (personal values), dan cita-cita hidup, terhadap perkembangan jabatan anak remaja (vocational development) serta pilihan program atau bidang study dan bidang pekerjaan (vocational choice).
  2. Diandaikan bahwa pilihan jabatan dan pilihan program study terjadi sekali saja dan ini pun bersifat keputusan terakhir atau devinitif, dengan berfikir secara rasional. Padahal, pilihan seperti ini tidak dibuat sekali saja, tetapi dibuat secara bertahap-tahap dari pilihan intermedia sampai pada pilihan definitive dan bukan hanya berdasarkan proses berfikir rasional saja.
  3. Kurang diperhatikan peranan keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi rangkaian pilihan anak dengan cara mengungkapkan harapan,dambaan dan memberikan pertimbangan untung-rugi sambil menunjuk pada tradisi keluarga,tuntutan men€gingat ekonomi keluarga,serta keterbatasan yang konkret dalam kemampuan financial,dan sebagainya.
  4. Kurang diperhitungkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat, yang ikut memperluas atau membatasi jumlah pilihan yang tersedia bagi seseorang.
  5. Kurang disadari bahwa konstelasi kualifikasi yang di tuntut untuk mencapai sukses di suatu bidang pekerjaan atau program studi dapat berubah selama tahun-tahun yang akan datang.
  6. Pola ciri-ciri kepribadian tertentu belum pasti sangat membatasi jumlah kesempatan yang terbuka bagi seseorang ,karena orang dari berbagai pola cirri kepribadian dapat mencapai sukses dibidang pekerjaan yang sama.
D.  Peran Konselor
Peran konselor adalah memberikan berbagai informasi mengenai jenis-jenis pekerjaan, syarat-syarat dan tuntutannya serta prospek bagi individu.jenis pekerjaan,syarat-syarat dan tuntutannya serta prospek bagi individu.kemudian konselor diharapkan harus mampu membantu konseli memilih pekerjaan atau karir tertentu yang sesuai dengan kepribadian, minat, bakat, serta kemampuan.
Dalam hal ini konselor sebaiknnya mengarahkan konseling pada pemahaman konseli mengenai dirinya atau Self concept, untuk memudahkan pengintegrasian dengan pekerjaan atau karir tertentu.Pada saat konseling berlangsung ,konselor diharapkan mampu menggambarkan pilihan karir yang diharapkan oleh konseli.pada saat konseli mengungkapkan perasaan mengenai suatu pekerjaan, konseli harus dapat mengungkapkan alasan dibalik munculnya perasaan tersebut.Pilihan karir sifatnya kontemporer yang dapat berubah bil konseli menemukan pengalaman baru mengenai pekerjaan yang dirasakan sesuai dengan bakat, minat, nilai, dan kepribadiannya.Oleh karena itu,konseling sebaiknya dilakukan berulang-ulang pada waktu yang bervariasi dengan mengulang pengungkapan bakat, kemampuan, prestasi dan minat konseli sehingga kematangan karir tercapai.







PENUTUP
A.  Kesimpulan dan Hasil Diskusi
Berdasarkan konsep trait and factor theory ini berdasarkan pendapat ahli dapat di simpulkan hal-hal berikut:
1.      Kepribadian seorang individu itu merupakan suatu kesatuan yang utuh
2.      Kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu dengan lainya.
3.      “Trait” merupakan karakteristik individu yang dapat diukur melalui tes
4.      “Factor” merujuk pada karakteristik yang dibutuhkan untuk penampilan kerja yang sukses. Sedangkan pemahaman tentang pekerjaan atau karir dapat di
5.      Dalam pemilihan karir atau pekerjaan seorang individu sangat ditentukan oleh kesesuaian kemampuan (abilities), minat, prestasi, nilai-nilai dan kepribadian dengan  dunia kerja.
Dalam Trait and Factor terory untuk menentukan pilihan karir dalam bimbingan dan konseling karir yaitu sebagai berikut:
1.      Pemahaman diri terhadap kepribadian diri, di dalam pemahaman ini seseorang individu harus memahami dirinya sendiri terhadap berbagai kelemahan, kelebihan dan potensi di dalam dirinya. Dalam pemahaman dtiri ini bisa dilihat dari bakat, minat, prestasi, kemampuan, intelegensi dan nlain-lain.
2.      Pemahaman tentang dunia kerja dalam uhal ini dapat menggunakan vokasional jabatan (informasi-informasi peekerjaan) seperti gambaran pekerjaan, kondisi pekerjaan, persyaratan yang harus dipenuhi keuntungan dan tidak keuntungan, kompensasi/gaji, prospek karir.
3.      Mengintergrasikan informasi tentang diri dan dunia kerja. Dalam hal ini adalah mengintergrasi pemahaman diri dengan dunia kerja. Informasi pekerjaan diindikasikan dengan bahan-bahan penerimaan, ketertarikan atau minat, nilai dan karakter pribadi yang dibutuhkan setiap pekerjaan. Semakin cocok antara karakteristik diri dengan karakteristik pekerjaan maka akan semakin besar peluang individu itu untuk berproduksi, dan memperoleh kepuasan kerja.
Dalam hal ini dapat diterapkan suatu pendekatan yang mengambil inspirasi pada konseling trait and factor sebagaimana dikembangkan oleh Williamson, yaitu sebagai berikut:
  1. Konseli dibantu untuk mengumpulkan dan mengolah data tentang diri sendiri (data sikologis)
  2. Data tentang lingkungan hidup, yang meliputi data dan fakta kongkret tentang lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan bidang studi atau jabatan yang sedang ditinjau (data social).
Dengan demikian, keharusan untuk berfikir rasional tidak dikesampingkan, tetapi sudah tidak merupakan proses berfikir. Untuk menemukan kecocokan seperti mula-mula digambarkan dalam konseling trait and factor.









Daftar Pustaka
Addy. 2015. Teori Trait and Factor. Di akses tanggal 27 Januari 2015. Di http://blog.uad.ac.id
Boharudin. 2011. Trait Factor Dalam Perspektif Islam. Di akses tanggal 27 Januari 2015. Di http://boharudin.blogspot.com

Purwati, Asti. 2013. Teori Trait and Factor. Di akses tanggal 27 Januari 2015. Di http://astipurwanti.blogspot.com

1 komentar:

  1. Agen WM casino Bolavita merupakan casino live secara online yang dapat anda mainkan dengan melakukan deposit minimal 50ribu.
    bolavita hadir dalam permainan game online dengan memberikan promo bonus rollingan 0.5% + 0.7%

    kontak admin kami
    Line : cs_bolavita
    WA: 0812-2222-995
    Telegram : @bolavitacc

    promo bonus rollingan setiap minggu akan dibagikan ke semua akun member bolavita, ingin lebih jelas kunjngi website kami http://159.89.197.59/agen-wm-casino-taruhan-baccarat-online

    BalasHapus