Selasa, 07 April 2015

BK KARIR: Social Learning theory

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Tingkah laku manusia merupakan interaksi diantara 3 variabel yang juga mempunyai peranan penting dalamm proses pembelajaran social, yaitu lingkungan, individu, dan perilaku. Antara individu, lingkungan serta perilaku saling berhubungan dan mempengaruhi proses pembelajaran social. Dimana perilaku seseorang tercipta dari hasil interaksi antara factor yang ada dalam diri individu tersebut dengan kondisi lingkungan tempat individu tinggal.
            Proses pembelajaran social ini menekankan pada komponen kognitif dari individu terhadap suatu hal yang akhirnya menghasilkan sebuah pemahaman dan evaluasi mengenai hal tersebut. Ketika suatu individu berinteraksi dengan lingkungannya terjadi interaksi pula terhadap factor-faktor yang terdapat dalam diri individu dengan factor-faktor dalam lingkungan tersebut.
            Albert Bandura menyatakan bahwa Social Learning Theory menganggap media massa sebagai agen sosialisasi yang utama disamping keluarga, guru dann sahabat.

1.2 Rumusan Masalah
            Rumusan dari latar belakang diatas adalah:
            1. Apa itu Social Learning theory?
            2. Apa itu Teori Peniruan?
            3. Bagaimana konsep pokok Social Learning Theory?
            4. Apa saja Faktor-faktor dari teori tersebut?
            5. Bagaimana Ciri-ciri Social Learning Theory tersebut?
            6. Apakah Kelemahan dan Kelebihan dari Teori Albert Bandura?

1.3 Tujuan
            Tujuan dari rumusan masalah diatas adalah:
            1. Agar para pembaca mengenal dan mengetahui apa itu Social Learning
                theory.
            2. Agar para pembaca mengetahui konsep, factor-faktor, dan cirri-ciri dari
                Social Learning Theory.
            3. Agar para pembaca mengetahui kelemahan dan kelebihan dari Social
                Learning Theory.



























II. PEMBAHASAN

2.1 Social Learning Theory
            Teori pembelajaran social ini dikembangkan oleh Albert Bandur (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat perubahan perilaku, dan proses mental internal.
            Menurut bandura bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran social adalah pemodelan (modeling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
            Ada 2 jenis pembelajaran melalui pengamatan:
·         Pertama, pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami oleh orang lain. Contohnya: seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian akan meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya.
·         Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negative saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamatan tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu.

2.2 Teori Peniruan (Modeling)
a)      Konsep Teori Peniruan (Modeling)
Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian.
Contoh: dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak-anak untuk menirukan tingkah laku membaca.
b)      Unsure Utama dalam Peniruan (Proses Modeling)
Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses belajarr dapat dilihat dalam 4 tahap:
·         Perhatian
Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek member perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap dan lain-lain yang dimiliki.
Contoh: seorang pemain music yang tidak percaya diri mungkin meniru tingkah tingkah laku pemain music terkenal sehingga tidak menunjukkan gayanya sendiri.
·         Mengingat
Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari proses belajar.
·         Reproduksi Gerak
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkah laku. Subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku.
Contoh: mengendarai mobil, bermain tenis.
·         Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak individu untuk melakukan sesuatu. Jadi subjek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.


c)      Jenis-jenis Peniruan
·         Peniruan langsung
Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling, yaitu suatu fase dimana sseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu keterampilan itu dilakukan.
Contoh: meniru gaya penyanyi yang disukai.
·         Peniruan tak langsung
Peniruan tak langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung.
Contoh: memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.
·         Peniruan gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tak langsung.
Contoh: pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.
·         Peniruan sesaat
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja
Contoh: meniru gaya pakaian ditv, tetapi tidak boleh dipakai disekolah.
·         Peniruan berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun
Contoh: pelajar meniru gaya bahasa gurunya.

2.3 Konsep Pokok
Social learning theory dari Bandura didasarkan pada 3 konsep pokok, yaitu:
1.      Determenisme resipokal: pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk hubungan interaksi timbal balik yan terus menerus. Orang menentukan/mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengkontrol lingkungan. Determenisme resipokal itu sendiri merupakan konsep penting dalam teori belajar social karena menjadi pijakan untuk lebih memahami tingkah laku seseorang.
2.      Tanpa reinforcement: menurut Bandura reinforcement penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tapi itu bukan merupakan satu-satunya pembentuk tingkah laku seseorang individu. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang sesuatu yang diamati tadi.
3.      Kognisi dan Regulasi dir: konsep Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang mengatur diri sendiri, memepengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri.

2.4 Faktor-faktor
Pengalaman belajar yang terdiri dari pengaruh kognitif yang positif dimaksudkan adalah factor-faktor berikut:
a.       Atribut pembawaan, seperti ras, gender hal lainnya serta kemampuan bawaan seperti keterampilan, intelektual, serta perilaku.
b.      Kondisi lingkungan social, seperti kehidupan social, pengalaman individu dalam kerja, pelatihan, kebijakan social serta pengalaman kerja dari orang lain, yang mempengaruhi pemilihan kerja.
c.       Pengalaman belajar dimasa lalu, dibagi menjadi 2 tipe yaitu pengalaman belajar asosasi yang mana individu mengamati keterkaitan antara kejadian dan mampu untuk memprediksi segala kemungkinan. Pengalaman belajar secara aplikasi, individu mampu mengaplikasikan dilingkungan secara langsung dengan hasil yang dapat diobservasi.
d.      Skill dalam pendekatan tugas, berkaitan skill individu dalam melaksanakan tugas baru, melalui pengalaman bahwasanya seperti pemecahan masalah, skill, kebiasaan kerja, mental set, respon emosional serta proses kognitif.
Dari 4 faktor-faktor diatas menyebakan pengaruh primer yang sangat penting dalam penentuan karir individu tersebut:
1.      Self Observation Generalizations. Hal ini merupakan penggambaran bahwa belajar uindividu berdasarkan pada pengalaman hidupnya yang diperoleh lewat pengalaman pribadi.
2.      Worldview Generalizations. Melihat gambaran lingkungan secara umum dan percaya bagaimana dunia berfungsi, meniru lingkungan dan menginterpretasikan.
3.      Task Approach Skill, kemampuan kognitif dan performa serta kemampuan untuk menyatu dengan lingkungan serta menginterpretasikan hal tersebut kepada pengamatan diri sendiri, kaitannya dengan pemilihan karir adalah adanya skill akan perencanaan, pencarian informasi, estimasi serta mempertimbangkan nilai kerja.
4.      Tindakan yang ditampakkan hal yang ditampakan itu sangat spesifik, yang berhubungan dengan perilaku dalam pemilihan kerja yang sebabkan pengamatan diri sendiri, penggeneralisasian serta pendekatan skill dalam tugas diatas tadi, seperti nantinya individu akan mengetahui kerja yang spesifik dengan skillnya. Atau bisa disebut, kemajuan dalam karir seperti menerima kerja yang specific.

2.5 Ciri-ciri
ü  Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan
ü  Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain-lain
ü  Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model
ü  Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif
ü  Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif.

2.6 Kelemahan dan Kelebihan Teori Albert Bandura
ü  Kelemahan Teori Albert Bandura
Teori pembelajaran Social Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behaviroristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini jga akan meniru tingkah laku yang negative, termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
ü  Kelebihan Teori Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata reflex atas stimulus, melainkan juga akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.














III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan diatas adalah bahwa social learning theory menekankan tingkah laku seseorang melalui peniruan yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Dengan melakukan peniruan seseorang dapat menambah interaksinya lebih dari yang ia miliki. Dari factor-faktor peniruan tersebut dapat mempengaruhi dalam menentukan karir orang tersebut.























DAFTAR PUSTAKA

Gemily, Syilga Cahya. 2012. Social Learning Theory.
http:// syilgagemily.blogspot.com
            Diakses Tanggal 25 Januari 2015 Pukul 13.00











BK OSIAL: ilmu jiwa sosial

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
  Lembaga pendidikan formal, baik sekolah, madrasah maupun perguruan tinggi merupakan suatu pola kerja sama antar manusia, yang saling melibatkan diri dalam suatu unit kerja dalam bidang pendidikan dan lain sebaginya. Hubungan antara sesama manusia itu merupakan termasuk dalam bagaimana cara kita bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik.
  Ilmu jiwa sosial merupakan ilmu tentang prilaku manusia.oleh karena itu ilm jiwa sosial ini juga termasuk dalam golongan ilmu yang paling dekat dengan diri kita semua.tidak mengherangkan kalau banyak orang yang mengetahui tentang ilmu jiwa atau psikologi, akan tetapi tidak benak orang yang memahami itu sendiri. Maka disini menurut kami sangat penting bagi kelompok kami untuk mengulas lebih dalam lagi tentang ilmu jiwa sosial.
  Pada pembahasan ini lebih mengantarkan kita kita kepada pengertian dari atau apa itu yang dimaksud dngan ilmu jiwa sosial. Sebagaimana yang diterima di dunia ilmu pengetahuan.sebagai ilmu, maka ilmu jiwa sosial iniharus taatdan disiplin dan tidak bisa hanya dengan mengandalkan diri pada akal sehat saja. Maka dengan begitu ilmujiwa sosial ini sangat penting untuk di pelajari dan dipahami apalagi kita sebagai pendidik dan akan di implementasikan dalam kehidupan bemasyarakat maupunsehari-hari.










1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.Bagaimana perkembangan ilmu jiwa sosial dan Apakah itu yang dimaksud dengan ilmu jiwa sosial?
1.2.2.Adakah Pengaruh Sosial Dalam Ilmu Jiwa Sosial Dan apa itu Norma Sosial?
1.2.3.Bagaimana Dasar Mempelajari ilmu jiwa Sosial?

1.3. Tujuan
1.3.1. Agar para pembaca mengerti dan memahami apa itu yang dimaksud dengan ilmu jiwa sosial dan prose perkembangannya.
1.3.2. Supaya dapat mengetahui  pengaruh sosial dalam ilmu jiwa sosial dan apa yang dimaksud dengan norma sosial.
1.3.3. agar bisa mengetahui dasar-dasar mempelajari ilmu. jiwa sosial










2. PEMBAHASAN
2.1. Sejarah perkembangan ilmu jiwa sosial dan Pengertian Ilmu Jiwa Sosial
2.1.1. Sejarah perkembangan ilmu jiwa sosial
       Perkembangan ilmu jiwa sosial pada umumnya juga tidak lepas dari publikasi masyarakat ilmiah. Hal ini terlihat bahwapada awalnya, konsep ilmu jiwa sosial disebut sebagai folk psychologist. Sebutan ini berlaku bagi ilmuawan jerman pada pertengahan abad ke-19. Pada tahun 1860,terbentuk sebuah jurnal yang mengupas masalah teoritis dan faktual. Menariknya jika ditilik dari tahun kelahirannya , ilmujiwa sosial ini bisa lebih dulu lahir daripada psikologi itu sendiri (yang dianggap berdiri sejak percobaan laboratoriumpsikologi oleh Wundt 1879).
       Sedangkan kelahiran psikologi di indonesiamenjadi awal keberadaandari ilmu jiwa sosial di indonesia. Diawali dengan munculnya bagian psikologi di universitas indonesia pada tahun1967. Kelahirannya di indonesia bersamaan dengan masa-masa berkembangnya psikologi soaial di dnia. Selanjutnya ditahun yang sama, fakultas psikologi universitas indonesia mengembangakan bagian psikologi  soaial yang kemudian muncullah tentang ilmu jiwa sosial.
2.1.2. pengertian ilmu jiwa sosial
       Apakah yang dimaksud dengan ilmu jiwa sosial? Jawabannya mudah, tentu saja ilmu jiwa sosial adalah ilmu jiwa dalam konteks sosial. Jadi, ilmu jiwa sosial adalah ilmu jiwa yang dapat diterapkan dalam konteks keluarga, sekolah, teman, kantor, politik, negara, lingkungan, organisasi dan sebagainya. Dengan demikian, ilmu jiwa sosial ini sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari (Sarwono, 2012:11).
  Ilmu jiwa sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan - kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi - situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh - tokoh tentang pengertian ilmu jiwa sosial dapat disimpulkan bahwa ilmu jiwa  sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
  Adapun definisi ilmu jiwa sosial menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut allport (1968), ilmu jiwa sosial adalah upaya untuk memahami dan menjalaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan prilaku individu terpengaruh oleh kehadiran orang lain. Pengruh tersabut  dapat bersifat aktual, dalam imajinasi, maupun secara tidak langsung.
2. Menurut Shaw dan Constanzo (1970), ilmu jiwa sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari prilaku individu sebagai fungsi stimulus-stimulus sosial. Definisi ini tidak menekankan stimulus eksternalmaupun proses internal, melainkan mementingkan hubungan timbal balik antara keduanya.
3. Menurut Baron dan Byrne (2006), ilmu jiwa sosial adalah bidang ilm yang mencari pemahaman tentang asal mula dan penyebab terjadinya pikiran serta prilaku individu dalam situasi-situasi sosial. Definisi menekankan pada pentingnya pemahaman terhadap asal mula dan penyebab terjadinya prilaku dan pikiran.
       Jadi, dari pendapat ahli yang diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ilmu jiwa sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial, iteraksi sosial maupun cara mereka bersosialisai dengan lingkungannya sehari-hari  
2.2. Pengaruh Sosial Dan Norma Sosial
2.2.1. Pengaruh sosial dalam ilmu jiwa sosial
       Pengaruh sosial adalah usaha untuk mengubah sikap, kepercayaan, persepsi atau tingkah. Pengaruh sosial juga dapat memberikan dampak positif dan dampak negatif terhadap perilaku individu.
        Ada tiga bentuk pengaruh sosial dalam ilmu jiwa sosial yaitu sebagai berikut:
1. Konformitas
       Konformitas merupakan suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial.(baron dan byrne 2005).
       Dalam konformitas ini  manusia cenderung mengikuti aturan-aturan yang berlaku dan ada di dalam lingkungannya. Hal dapat tersebut dicontohkan ketika kuliah hendak dimulai kebanyakan mahasiswa mengeluarkan telpon dan mengaktifkan profil silent. Atau ketika kita hendak mengmbil uang di ATM atau menaruh uang di bank, kita menuggu giliran dengan mengantri. Begitupun ketika ibu-ibu hendak pengajian tentunya ia akan memakai kerudung yang serasi dengan pakainnya. Manusia mencoba menyesuaikan dir dengan lingkungannya agar dapat bertahan hidup. Cara yang termudah adalah melakuakan tindakan yang sesuai dan dapat diterima dalam sosial yang ada.
       Dibandingkan dengan yang tidak melakuakn konformitas, tentu lebih banyak individu yang melakukannya terhadap norma sosial. Bila tidak coba bayangkan betapa kacaunya lingkungan kita. Namun, kecenderungan untuk melakuakan konformitas tidak selalu berarti hanya mengikuti pada hal-hal yang positif saja. Manusia juga dapat melakukannya dalam bentuk negatif. Salah saru contohnya adalah perkelahian antar pelajar.
2. Compliance (pemenuhan keinginan)
       Compliance adalah perilaku kita yang di pengaruhi oleh keinginan  atau permintaan langsung oleh orang lain.contonhya ketika teman anda memohon untuk dipinjamkan uang dan andapun memberikan pinjaman tersebut. dan seorang calon legislatif meminta kita untuk memilihnya.
       Prnsip dasar compliance adalah sebagai berikut (Caldini,1994, dalam baron dan byrne,2005).
a. Pertemanan atau rasa suka. Kita cendrung lebih muda memenuhi permintaan teman atau orang yang kita sukai daripada orng yang tidak kenal dan kita tidak sukai.
b. Komitmen atau konsistensi. Saat kita telah mengikatkan diri pada satu posisi atau tindakan, kia akan lebih muda memenuhi permintaan akan sesuatu hal yang konsisten dengan posisi atau tindakan sebelumnya.
c. kelangakaan. Kita lebih menghargai dan mencoba mengamankan objek yang langkaatau berkurang ketersediaanya. Oleh karena itu, kita cendrung memenuhi permintaan yang menekankan kelangkaan daripada yang tidak.
d. timbal balik. Kita lebih mudah memenuhi perminaan dari seseorang yang sebelumnya telah memberikan bantuan kepada kita. Dengan kata lain, kita wajib membalas utang budi kita kepadanya sebelumnya.
e. validasi sosial. Kita lebih muda memenuhi permintaan untuk melakuakan suatu tindakan jika tindakan tersebut konsisten dengan  apa yangkita percaya orang lain akan melakukannya juga.
f. otoritas.  Kita lebih muda memenuhi permintaan orang lain yang memilikai otoritas yang di akui, atau tampak memiliki otoritas.
3.Obedience (kepatuhan)
       Selain dipenuhi oleh konformitas dan compliance, perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari juga dipenuhi oleh kepatuhan atau obedience. Dikantor, atasan memerintahkan bawahannya untuk mengerjakan tugas-tugas tertentu.disekolah guru melarang murid untuk membawa senjata yajam dan merokok. Dalam perilaku-perilaku diatas, apakah orang yang diperintah akan mematuhi permintaan tersebut?. Biasanya orang-orang akan cendrung mengikuti permintaan atau perintah orang lain yang dianggap mempunyai kekuatan atau power. Perilku-perilaku inilah yang didalam ilmu jiwa sosial disebut dengan obedience atau kepatuhan.
       Obedience merupakan salah satu jenis dari pengaruh sosial, dimana seseorang menaati dan mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan tingkah laku tertentu karena adanya unsur kekuatan (Baron dan byrne 2005).

2.2.2. Norma sosial    
       Norma sosial adalah nilai-nilai yang berlaku dalam suatu kelompok yang membatasi tingkah laku individu dalam kelompok ituyang membedakan norma sosial dengan produk-produk sosial dan budaya, serta konsep-konsep psikologi lainnya adalah bahwa dalam norma sosial ada terkandung sanksi sosial
       Norma sosial berbeda-beda dari satu kelompok orang dengan kelompok yang  lainnya. Dalam lingkungan yang lebih luas lagi, norma sosial berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Antara bangsa dengan bangsa lainnya. Perilaku seorang ibndividu, yang bagaimanapun harus jadi anggota salah satu kelompok besar atau kecil, tidak dapat di pisahkan dari norma sosial yang berlaku dalam kelompoknya itu. Karena norma sosial berbeda-beda, maka pola perilaku pun berbeda-beda. Suatu perilaku dianggap wajardan normal di suatu tempat dapat merupakan prilaku yang aneh atau abnormal dilain tempat. Kita lihat beberapa contoh di bawah ini:
1. Dulu tidak banyak wanita berjilbab,sekarang bahkan gadis remaja pun memakainya.
2. Mengayau (mencari musuh), bagi beberapa suku yang terasing di kalimantan adalah suatu kebanggan dan kehormatan, sedangkan diluar masyarakat kalimantan hal itu dianggap sebuah kejahatan.
3. Menggugurkan kandungan di indonesia merupakan suatu kejahatan, di beberapa negara barat dan singapura itu wajar bahkan sudah di sahkan dalam undang-undang.
4. Dulu alat kontrasepsi di anggap melaggar undang-undang, sejak berlaku program KB, jadi sah saja.
5. seorang pengusaha restoran ayam goreng beristri empat, dan menunya diberi tajuk yangmiring-miring, seperti ”es poligami,” tetapi restorannya tetap laku keras,bahkan ia membuka cabang dimana-mana. Sebalikinya seorang kiai kondang menikah lagi (sah menurut agama islam), maka langsung dia tidak muncul lagi di TV. Semua undangan ceramah dibatalkan.
       Norma sosial merupakan faktor yang mendorong motivasi, norma itu selalu mempengaharui tiap tingkah laku  dalam hubungan interpersonal seperti persepsi, sikap, ingatan dan sebagainya. Misalnya , kesukaan wanita terhadapmodel baju dan sepatu sangat dipengaharui oleh mode yang sedang berlaku.  Norma sosial selalu menimbulkan tekanan psikis. Dalam masyarakat modern, terdapat banyak macam norma, dan norma yang berlaku berubah cepat sekali sehingga individu seakan-akan terombang ambing, merasa tidak yakin dengan diri sendiri, merasa ragu akan masa depan, merasa harus berjuang dan berkompetisi lebih keras dan sebagainya.dalam kelompok yang belum berkembang, dimana norma-norma relatif tidak berubah, dan segala sesuatu telah diatur dengan ketat oleh tradisiyang sama sejak zaman dahulu hingga sekarang, tetp saja timbul tekanan psikis itu.
2.3. Dasar Mempelajari ilmu jiwa Sosial
       Dalam kehidupan manusia merupakan makhluk tertinggi di antara makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan. Kelebihan manusia dan makhluk- makhluk yang lain
terutama karena kecerdasan dan kemauan yang dimilikinya dan kesadaran terhadap Tuhan zat Yang Maha Tinggi/pencipta dirinya dan seluruh alam semesta.
Karena kecerdasan dan kemauan yang dimiliki manusia tersebut manusia mampu
menguasai alam, menaklukkan makhluk yang lebih kuat dari padanya dan sebagai
homo Faber manusia mampu menciptakan segala sesuatu untuk kesempurnaan dirinya. Manusialah satu-satunya makhluk yang berbudaya yang selalu berkembang ke arah yang lebih baik dan paling dapat menyesuaikan diri terhadap
tuntutan alam dengan sebaik-baiknya.
       Oleh karena ditinjau dari segi kebutuhannya, manusia adalah makhluk monodualis artinya di samping manusia membutuhkan sesuatu untuk kelangsungan hidupnya sebagaimana makhluk biologis yang lain, manusia juga membutuhkan hasil kebudayaan untuk pertahanan dan perkembangan hidupnya, sehinga tidak tertelan oleh tuntutan alam dan kemajuan zaman, justru sebaliknya dapat memperkembangkan dan menyempurnakan hidupnya ke derajat yang lebih tinggi. Kesemuanya itu bisa tercapai karena potensi-potensi yang dimiliki manusia, di mana potensi ini mengalami proses perkembangan setelah individu itu hidup dalam lingkungan masyarakat. Potensi-potensi tersebut antara lain:
1. Kemampuan menggunakan bahasa
       Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ini hanyalah semata-mata terdapat pada manusia dalam pengertian, bisa merubah menambah dan mengambangkan bahasa yang digunakan. Pada binatang memang ada tetapi masih sangat sederhana sekali dan terbatas pada bunyi suara yang merupakan isyarat atau tanda-tanda.
2. Adanya sikap etik
       Dalam setiap masyarakat pasti ada peraturan/norma-norma yang mengatur tingkah laku anggota-anggotanya baik itu di masyarakat modern maupun di masyarakat yang masih terbelakang sekalipun norma-norma tersebut merupakan ketentuan apakah suatu perbuatan itu dipandang baik atau buruk.
       Norma-norma tersebut tidak selalu sama antara masyarakatyang satu dengan
masyarakat yang lain sesuai dengan adat kebiasaan, agama dan perkembangan kebudayaan pada umumnya dimana dia hidup. Individu sebagai anggota masyarakat berusaha untuk berbuat sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat karena adanya sikap etik yang dimilikinya. Namun demikian sesuai dengan tuntutan kebadayaan manusia berusaha untuk menyempurnakan norma-norma yang telah ada.
3. Hidup dalam alam 3 dimensi
Artinya manusia maupun hidup atas dasar 3 waktu. Tingkah laku manusia didasarkan pada pengalaman yang lampau, kebutuhan-kebutuhan sekarang dan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Pengalaman pengalaman masa lalu merupakan pegangan bagi perbuatan-perbuatannya masa sekarang, sehingga kesalahan yang sama tidak akan selalu terulangulang. Pengalaman-pengalaman yang tidak baik diingat untuk tidak diperbuat lagi sedang pengalaman yang baik dipegang untuk pedoman dalam aktifitas aktifitasnya masa kini sedangkan aktifitas-aktifitas masa kini di arahkan untuk mencapai tujuan selanjutnya,dengan sebaik-baiknya. Dengan perkataan lain manusia dapat merencanakan apa yang akan diperbuat dan apa yang akan dicapai.
       Ketiga pokok di atas biasa pula di sebut sebagai syarat “human minimum”. Dengan demikian yang tidak memenuhi human minimum ini dengan sendirinya sukar digolongkan sebagai masyarakat manusia. Ditinjau dan sifat manusia sebagai makhluk monopluralis artinya di samping sebagai makhluk individul juga sebagai makhluk sosial dan makhluk berketuhanan. Atas dasar sifat-sifat manusia tersebut, Dr. A. Kuypers menggolongkan kegiatan manusia menjadi tiga golongan utama yang hakiki, ialah kegiatan yang bersifat individual, kegiatan yang bersifat sosial dan kegiatan yang bersifat keTuhanan. Manusia sebagai makhluk individual, berarti manusia itu merupakan suatu totalitas. Individu berasal dari kata in-dividere, yang berarti tidak dapat dipecahpecah. Memang ada beberapa pandangan tentang hal ini, misalnya Aristoteles berpendapat bahwa manusia itu merupakan penjumlahan daripada beberapa kemampuan tertentu yang masing-masing bekerja tersendiri, seperti kemampuan vegetatif: makan, berkembang biak, kemampuan sensitif (bergerak mengamati dan mempunyai nafsu), dan kemampuan intelektif (berkemauan dan berkecerdasan). Descartes menyatakan bahwa manusia itu terdiri atas zat-zat rohaniah ditambahzat material yang masing-masing tunduk pada peraturan-peraturan tertentu yang kadang-kadang bertentangan. Dengan demikian kita melihat bahwa pada manusia itu masih terdapat adanya dualisme, yang tidak saja berbeda tetapi bahkan kadang-kadang berlawanan. Dengan munculnya Wilhelm Wundt, sebagai tokoh aliran ilmu jiwa modern, barulah ada penegasan bahwa jiwa manusia itu merupakan satu kesatuan jiwa dan raga yang berkegiatan sebagai keseluruhan. Dalam pembahasan ilmu jiwa sosial, yang menjadi pokok pembahasan, dengan tidak mengabaikan segi individulnya, karena tanpa memperhatikan segi individul tersebut akan sukarlah diperoleh pengertian yang sewajarnya, adalah manusia sebagai makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan selalu membutuhkan bantuan orang lain, ia memerlukan
bantuan untuk makan, minum, dan memenuhi kebutuhan biologisnya. Demikian pula setelah bertumbuh lebih besar, anak belajar berbicara, berjalan, mengenal benda-benda, normal dan sebagainya selalu membutuhkan pertolongan dan bantuan orang-orang sekitarnya.
       Pada pokoknya tak mungkin manusia hidup sendiri tanpa adanya komunikasi
dengan manusia lainnya. Manusia baru menjadi manusia yang sebenarnya kalau ia hidup bersama manusia juga. Dengan kata lain, pada dasarnya pribadi manusia tak sanggup hidup seorang diri tanpa lingkungan psychis atau rohaniahnya walaupun secara biologis-fisiologis ia mungkin dapat mempertahankan dirinya.Justru dalam  interaksi antar manusia itulah sebenarnya, manusia dapat merealisir kehidupan secara individul. sebab tanpa adanya timbal balik dalam interaksi sosial itu dia tidak dapat mereali kemungkinan-kemungkinan serta potensi-potensi yang ada padanya sebagai makhluk individu.
       Dalam kehidupan bersama ini pula individu akan turut membentuk norma-norma kelompok/norma-norma sosial. Selain itu dalam kehidupan sosial tadi individu bukan hanya akan mendapat kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya, tapi masyarakat itu juga membutuhkan sumbangan. Atas dasar uraian-uraian di atas maka sudah seharusnya manusia mengabdi kepada kehidupan bersama dan meningkat kehidupan bersama tersebut ke arah yang lebih tinggi, karena meningkatnya kehidupan masyarakat merupakan pula pendorong untuk meningkatkan diri pribadi dan memberikan kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan kecakapan sera potensi yang ada pada dirinya. Untuk maksud itu ilmu jiwa sosial merupakan salah satu ilmu yang sangat penting sebab ilmu jiwa sosial memberikan dasar-dasar pengertian tentang gejalagejala kejiwaan dan tingkah laku individu dalam situasi sosial; dengan demikian akan memudahkan dalam meng-approach masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan dan pengarahan kepada suatu tujuan dengan sebaikbaiknya.
       Di samping itu dengan mempelajari ilmu jiwa sosial maka kita tidak akan mudah terpengaruh dan terbawa-bawa oleh situasi yang ada dalam masyarakat,tidak mudah tersugesti oleh gerakan-gerakan massa yang tidak selamanya baik. Dengan bantuan ilmu ini pula memungkinkan kita untuk memecahkan suatu problema sosial secara tepat dan sistematis, mengenai semua proses kejiwaan yang mengakibatkan kehidupan bersama utuk merubah manusia-manusia lama menjadi manusia baru sesuai dengan manusia itu sendiri, maka salah satu cara yang dapat dilaksanakan ialah dengan merubah sifat dan sikap sosialnya; caracara demikian dipelajari pula dalam ilmu sosial.









3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
            ilmu jiwa sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial, iteraksi sosial maupun cara mereka bersosialisai dengan lingkungannya sehari-hari. ilmu jiwa sosial juga sangat berpengaruh dalam kehidupankita bermasyarakat.















DAFTAR PUSTAKA
Baron, A. Robert dan Byrne, Donn. 2005. Psikologi sosial Jilid 1.
Edisi kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Baron, A. Robert dan Byrne, Donn. 2005. Psikologi sosial jilid 2.
            Edisi kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Putra, Idhamsyah dan Pitaloka, Ardiningtiyas. 2012. Psikologi Prasangka: Sebab,Dampak dan Solusi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sarlito, W. Sarwono. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Sarlito W.Sarwono dan Meinarno, Eko.  2012. Psikologi Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika