Selasa, 07 April 2015

BK OSIAL: ilmu jiwa sosial

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
  Lembaga pendidikan formal, baik sekolah, madrasah maupun perguruan tinggi merupakan suatu pola kerja sama antar manusia, yang saling melibatkan diri dalam suatu unit kerja dalam bidang pendidikan dan lain sebaginya. Hubungan antara sesama manusia itu merupakan termasuk dalam bagaimana cara kita bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik.
  Ilmu jiwa sosial merupakan ilmu tentang prilaku manusia.oleh karena itu ilm jiwa sosial ini juga termasuk dalam golongan ilmu yang paling dekat dengan diri kita semua.tidak mengherangkan kalau banyak orang yang mengetahui tentang ilmu jiwa atau psikologi, akan tetapi tidak benak orang yang memahami itu sendiri. Maka disini menurut kami sangat penting bagi kelompok kami untuk mengulas lebih dalam lagi tentang ilmu jiwa sosial.
  Pada pembahasan ini lebih mengantarkan kita kita kepada pengertian dari atau apa itu yang dimaksud dngan ilmu jiwa sosial. Sebagaimana yang diterima di dunia ilmu pengetahuan.sebagai ilmu, maka ilmu jiwa sosial iniharus taatdan disiplin dan tidak bisa hanya dengan mengandalkan diri pada akal sehat saja. Maka dengan begitu ilmujiwa sosial ini sangat penting untuk di pelajari dan dipahami apalagi kita sebagai pendidik dan akan di implementasikan dalam kehidupan bemasyarakat maupunsehari-hari.










1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.Bagaimana perkembangan ilmu jiwa sosial dan Apakah itu yang dimaksud dengan ilmu jiwa sosial?
1.2.2.Adakah Pengaruh Sosial Dalam Ilmu Jiwa Sosial Dan apa itu Norma Sosial?
1.2.3.Bagaimana Dasar Mempelajari ilmu jiwa Sosial?

1.3. Tujuan
1.3.1. Agar para pembaca mengerti dan memahami apa itu yang dimaksud dengan ilmu jiwa sosial dan prose perkembangannya.
1.3.2. Supaya dapat mengetahui  pengaruh sosial dalam ilmu jiwa sosial dan apa yang dimaksud dengan norma sosial.
1.3.3. agar bisa mengetahui dasar-dasar mempelajari ilmu. jiwa sosial










2. PEMBAHASAN
2.1. Sejarah perkembangan ilmu jiwa sosial dan Pengertian Ilmu Jiwa Sosial
2.1.1. Sejarah perkembangan ilmu jiwa sosial
       Perkembangan ilmu jiwa sosial pada umumnya juga tidak lepas dari publikasi masyarakat ilmiah. Hal ini terlihat bahwapada awalnya, konsep ilmu jiwa sosial disebut sebagai folk psychologist. Sebutan ini berlaku bagi ilmuawan jerman pada pertengahan abad ke-19. Pada tahun 1860,terbentuk sebuah jurnal yang mengupas masalah teoritis dan faktual. Menariknya jika ditilik dari tahun kelahirannya , ilmujiwa sosial ini bisa lebih dulu lahir daripada psikologi itu sendiri (yang dianggap berdiri sejak percobaan laboratoriumpsikologi oleh Wundt 1879).
       Sedangkan kelahiran psikologi di indonesiamenjadi awal keberadaandari ilmu jiwa sosial di indonesia. Diawali dengan munculnya bagian psikologi di universitas indonesia pada tahun1967. Kelahirannya di indonesia bersamaan dengan masa-masa berkembangnya psikologi soaial di dnia. Selanjutnya ditahun yang sama, fakultas psikologi universitas indonesia mengembangakan bagian psikologi  soaial yang kemudian muncullah tentang ilmu jiwa sosial.
2.1.2. pengertian ilmu jiwa sosial
       Apakah yang dimaksud dengan ilmu jiwa sosial? Jawabannya mudah, tentu saja ilmu jiwa sosial adalah ilmu jiwa dalam konteks sosial. Jadi, ilmu jiwa sosial adalah ilmu jiwa yang dapat diterapkan dalam konteks keluarga, sekolah, teman, kantor, politik, negara, lingkungan, organisasi dan sebagainya. Dengan demikian, ilmu jiwa sosial ini sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari (Sarwono, 2012:11).
  Ilmu jiwa sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan - kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi - situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh - tokoh tentang pengertian ilmu jiwa sosial dapat disimpulkan bahwa ilmu jiwa  sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
  Adapun definisi ilmu jiwa sosial menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut allport (1968), ilmu jiwa sosial adalah upaya untuk memahami dan menjalaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan prilaku individu terpengaruh oleh kehadiran orang lain. Pengruh tersabut  dapat bersifat aktual, dalam imajinasi, maupun secara tidak langsung.
2. Menurut Shaw dan Constanzo (1970), ilmu jiwa sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari prilaku individu sebagai fungsi stimulus-stimulus sosial. Definisi ini tidak menekankan stimulus eksternalmaupun proses internal, melainkan mementingkan hubungan timbal balik antara keduanya.
3. Menurut Baron dan Byrne (2006), ilmu jiwa sosial adalah bidang ilm yang mencari pemahaman tentang asal mula dan penyebab terjadinya pikiran serta prilaku individu dalam situasi-situasi sosial. Definisi menekankan pada pentingnya pemahaman terhadap asal mula dan penyebab terjadinya prilaku dan pikiran.
       Jadi, dari pendapat ahli yang diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ilmu jiwa sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial, iteraksi sosial maupun cara mereka bersosialisai dengan lingkungannya sehari-hari  
2.2. Pengaruh Sosial Dan Norma Sosial
2.2.1. Pengaruh sosial dalam ilmu jiwa sosial
       Pengaruh sosial adalah usaha untuk mengubah sikap, kepercayaan, persepsi atau tingkah. Pengaruh sosial juga dapat memberikan dampak positif dan dampak negatif terhadap perilaku individu.
        Ada tiga bentuk pengaruh sosial dalam ilmu jiwa sosial yaitu sebagai berikut:
1. Konformitas
       Konformitas merupakan suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial.(baron dan byrne 2005).
       Dalam konformitas ini  manusia cenderung mengikuti aturan-aturan yang berlaku dan ada di dalam lingkungannya. Hal dapat tersebut dicontohkan ketika kuliah hendak dimulai kebanyakan mahasiswa mengeluarkan telpon dan mengaktifkan profil silent. Atau ketika kita hendak mengmbil uang di ATM atau menaruh uang di bank, kita menuggu giliran dengan mengantri. Begitupun ketika ibu-ibu hendak pengajian tentunya ia akan memakai kerudung yang serasi dengan pakainnya. Manusia mencoba menyesuaikan dir dengan lingkungannya agar dapat bertahan hidup. Cara yang termudah adalah melakuakan tindakan yang sesuai dan dapat diterima dalam sosial yang ada.
       Dibandingkan dengan yang tidak melakuakn konformitas, tentu lebih banyak individu yang melakukannya terhadap norma sosial. Bila tidak coba bayangkan betapa kacaunya lingkungan kita. Namun, kecenderungan untuk melakuakan konformitas tidak selalu berarti hanya mengikuti pada hal-hal yang positif saja. Manusia juga dapat melakukannya dalam bentuk negatif. Salah saru contohnya adalah perkelahian antar pelajar.
2. Compliance (pemenuhan keinginan)
       Compliance adalah perilaku kita yang di pengaruhi oleh keinginan  atau permintaan langsung oleh orang lain.contonhya ketika teman anda memohon untuk dipinjamkan uang dan andapun memberikan pinjaman tersebut. dan seorang calon legislatif meminta kita untuk memilihnya.
       Prnsip dasar compliance adalah sebagai berikut (Caldini,1994, dalam baron dan byrne,2005).
a. Pertemanan atau rasa suka. Kita cendrung lebih muda memenuhi permintaan teman atau orang yang kita sukai daripada orng yang tidak kenal dan kita tidak sukai.
b. Komitmen atau konsistensi. Saat kita telah mengikatkan diri pada satu posisi atau tindakan, kia akan lebih muda memenuhi permintaan akan sesuatu hal yang konsisten dengan posisi atau tindakan sebelumnya.
c. kelangakaan. Kita lebih menghargai dan mencoba mengamankan objek yang langkaatau berkurang ketersediaanya. Oleh karena itu, kita cendrung memenuhi permintaan yang menekankan kelangkaan daripada yang tidak.
d. timbal balik. Kita lebih mudah memenuhi perminaan dari seseorang yang sebelumnya telah memberikan bantuan kepada kita. Dengan kata lain, kita wajib membalas utang budi kita kepadanya sebelumnya.
e. validasi sosial. Kita lebih muda memenuhi permintaan untuk melakuakan suatu tindakan jika tindakan tersebut konsisten dengan  apa yangkita percaya orang lain akan melakukannya juga.
f. otoritas.  Kita lebih muda memenuhi permintaan orang lain yang memilikai otoritas yang di akui, atau tampak memiliki otoritas.
3.Obedience (kepatuhan)
       Selain dipenuhi oleh konformitas dan compliance, perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari juga dipenuhi oleh kepatuhan atau obedience. Dikantor, atasan memerintahkan bawahannya untuk mengerjakan tugas-tugas tertentu.disekolah guru melarang murid untuk membawa senjata yajam dan merokok. Dalam perilaku-perilaku diatas, apakah orang yang diperintah akan mematuhi permintaan tersebut?. Biasanya orang-orang akan cendrung mengikuti permintaan atau perintah orang lain yang dianggap mempunyai kekuatan atau power. Perilku-perilaku inilah yang didalam ilmu jiwa sosial disebut dengan obedience atau kepatuhan.
       Obedience merupakan salah satu jenis dari pengaruh sosial, dimana seseorang menaati dan mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan tingkah laku tertentu karena adanya unsur kekuatan (Baron dan byrne 2005).

2.2.2. Norma sosial    
       Norma sosial adalah nilai-nilai yang berlaku dalam suatu kelompok yang membatasi tingkah laku individu dalam kelompok ituyang membedakan norma sosial dengan produk-produk sosial dan budaya, serta konsep-konsep psikologi lainnya adalah bahwa dalam norma sosial ada terkandung sanksi sosial
       Norma sosial berbeda-beda dari satu kelompok orang dengan kelompok yang  lainnya. Dalam lingkungan yang lebih luas lagi, norma sosial berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Antara bangsa dengan bangsa lainnya. Perilaku seorang ibndividu, yang bagaimanapun harus jadi anggota salah satu kelompok besar atau kecil, tidak dapat di pisahkan dari norma sosial yang berlaku dalam kelompoknya itu. Karena norma sosial berbeda-beda, maka pola perilaku pun berbeda-beda. Suatu perilaku dianggap wajardan normal di suatu tempat dapat merupakan prilaku yang aneh atau abnormal dilain tempat. Kita lihat beberapa contoh di bawah ini:
1. Dulu tidak banyak wanita berjilbab,sekarang bahkan gadis remaja pun memakainya.
2. Mengayau (mencari musuh), bagi beberapa suku yang terasing di kalimantan adalah suatu kebanggan dan kehormatan, sedangkan diluar masyarakat kalimantan hal itu dianggap sebuah kejahatan.
3. Menggugurkan kandungan di indonesia merupakan suatu kejahatan, di beberapa negara barat dan singapura itu wajar bahkan sudah di sahkan dalam undang-undang.
4. Dulu alat kontrasepsi di anggap melaggar undang-undang, sejak berlaku program KB, jadi sah saja.
5. seorang pengusaha restoran ayam goreng beristri empat, dan menunya diberi tajuk yangmiring-miring, seperti ”es poligami,” tetapi restorannya tetap laku keras,bahkan ia membuka cabang dimana-mana. Sebalikinya seorang kiai kondang menikah lagi (sah menurut agama islam), maka langsung dia tidak muncul lagi di TV. Semua undangan ceramah dibatalkan.
       Norma sosial merupakan faktor yang mendorong motivasi, norma itu selalu mempengaharui tiap tingkah laku  dalam hubungan interpersonal seperti persepsi, sikap, ingatan dan sebagainya. Misalnya , kesukaan wanita terhadapmodel baju dan sepatu sangat dipengaharui oleh mode yang sedang berlaku.  Norma sosial selalu menimbulkan tekanan psikis. Dalam masyarakat modern, terdapat banyak macam norma, dan norma yang berlaku berubah cepat sekali sehingga individu seakan-akan terombang ambing, merasa tidak yakin dengan diri sendiri, merasa ragu akan masa depan, merasa harus berjuang dan berkompetisi lebih keras dan sebagainya.dalam kelompok yang belum berkembang, dimana norma-norma relatif tidak berubah, dan segala sesuatu telah diatur dengan ketat oleh tradisiyang sama sejak zaman dahulu hingga sekarang, tetp saja timbul tekanan psikis itu.
2.3. Dasar Mempelajari ilmu jiwa Sosial
       Dalam kehidupan manusia merupakan makhluk tertinggi di antara makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan. Kelebihan manusia dan makhluk- makhluk yang lain
terutama karena kecerdasan dan kemauan yang dimilikinya dan kesadaran terhadap Tuhan zat Yang Maha Tinggi/pencipta dirinya dan seluruh alam semesta.
Karena kecerdasan dan kemauan yang dimiliki manusia tersebut manusia mampu
menguasai alam, menaklukkan makhluk yang lebih kuat dari padanya dan sebagai
homo Faber manusia mampu menciptakan segala sesuatu untuk kesempurnaan dirinya. Manusialah satu-satunya makhluk yang berbudaya yang selalu berkembang ke arah yang lebih baik dan paling dapat menyesuaikan diri terhadap
tuntutan alam dengan sebaik-baiknya.
       Oleh karena ditinjau dari segi kebutuhannya, manusia adalah makhluk monodualis artinya di samping manusia membutuhkan sesuatu untuk kelangsungan hidupnya sebagaimana makhluk biologis yang lain, manusia juga membutuhkan hasil kebudayaan untuk pertahanan dan perkembangan hidupnya, sehinga tidak tertelan oleh tuntutan alam dan kemajuan zaman, justru sebaliknya dapat memperkembangkan dan menyempurnakan hidupnya ke derajat yang lebih tinggi. Kesemuanya itu bisa tercapai karena potensi-potensi yang dimiliki manusia, di mana potensi ini mengalami proses perkembangan setelah individu itu hidup dalam lingkungan masyarakat. Potensi-potensi tersebut antara lain:
1. Kemampuan menggunakan bahasa
       Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ini hanyalah semata-mata terdapat pada manusia dalam pengertian, bisa merubah menambah dan mengambangkan bahasa yang digunakan. Pada binatang memang ada tetapi masih sangat sederhana sekali dan terbatas pada bunyi suara yang merupakan isyarat atau tanda-tanda.
2. Adanya sikap etik
       Dalam setiap masyarakat pasti ada peraturan/norma-norma yang mengatur tingkah laku anggota-anggotanya baik itu di masyarakat modern maupun di masyarakat yang masih terbelakang sekalipun norma-norma tersebut merupakan ketentuan apakah suatu perbuatan itu dipandang baik atau buruk.
       Norma-norma tersebut tidak selalu sama antara masyarakatyang satu dengan
masyarakat yang lain sesuai dengan adat kebiasaan, agama dan perkembangan kebudayaan pada umumnya dimana dia hidup. Individu sebagai anggota masyarakat berusaha untuk berbuat sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat karena adanya sikap etik yang dimilikinya. Namun demikian sesuai dengan tuntutan kebadayaan manusia berusaha untuk menyempurnakan norma-norma yang telah ada.
3. Hidup dalam alam 3 dimensi
Artinya manusia maupun hidup atas dasar 3 waktu. Tingkah laku manusia didasarkan pada pengalaman yang lampau, kebutuhan-kebutuhan sekarang dan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Pengalaman pengalaman masa lalu merupakan pegangan bagi perbuatan-perbuatannya masa sekarang, sehingga kesalahan yang sama tidak akan selalu terulangulang. Pengalaman-pengalaman yang tidak baik diingat untuk tidak diperbuat lagi sedang pengalaman yang baik dipegang untuk pedoman dalam aktifitas aktifitasnya masa kini sedangkan aktifitas-aktifitas masa kini di arahkan untuk mencapai tujuan selanjutnya,dengan sebaik-baiknya. Dengan perkataan lain manusia dapat merencanakan apa yang akan diperbuat dan apa yang akan dicapai.
       Ketiga pokok di atas biasa pula di sebut sebagai syarat “human minimum”. Dengan demikian yang tidak memenuhi human minimum ini dengan sendirinya sukar digolongkan sebagai masyarakat manusia. Ditinjau dan sifat manusia sebagai makhluk monopluralis artinya di samping sebagai makhluk individul juga sebagai makhluk sosial dan makhluk berketuhanan. Atas dasar sifat-sifat manusia tersebut, Dr. A. Kuypers menggolongkan kegiatan manusia menjadi tiga golongan utama yang hakiki, ialah kegiatan yang bersifat individual, kegiatan yang bersifat sosial dan kegiatan yang bersifat keTuhanan. Manusia sebagai makhluk individual, berarti manusia itu merupakan suatu totalitas. Individu berasal dari kata in-dividere, yang berarti tidak dapat dipecahpecah. Memang ada beberapa pandangan tentang hal ini, misalnya Aristoteles berpendapat bahwa manusia itu merupakan penjumlahan daripada beberapa kemampuan tertentu yang masing-masing bekerja tersendiri, seperti kemampuan vegetatif: makan, berkembang biak, kemampuan sensitif (bergerak mengamati dan mempunyai nafsu), dan kemampuan intelektif (berkemauan dan berkecerdasan). Descartes menyatakan bahwa manusia itu terdiri atas zat-zat rohaniah ditambahzat material yang masing-masing tunduk pada peraturan-peraturan tertentu yang kadang-kadang bertentangan. Dengan demikian kita melihat bahwa pada manusia itu masih terdapat adanya dualisme, yang tidak saja berbeda tetapi bahkan kadang-kadang berlawanan. Dengan munculnya Wilhelm Wundt, sebagai tokoh aliran ilmu jiwa modern, barulah ada penegasan bahwa jiwa manusia itu merupakan satu kesatuan jiwa dan raga yang berkegiatan sebagai keseluruhan. Dalam pembahasan ilmu jiwa sosial, yang menjadi pokok pembahasan, dengan tidak mengabaikan segi individulnya, karena tanpa memperhatikan segi individul tersebut akan sukarlah diperoleh pengertian yang sewajarnya, adalah manusia sebagai makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan selalu membutuhkan bantuan orang lain, ia memerlukan
bantuan untuk makan, minum, dan memenuhi kebutuhan biologisnya. Demikian pula setelah bertumbuh lebih besar, anak belajar berbicara, berjalan, mengenal benda-benda, normal dan sebagainya selalu membutuhkan pertolongan dan bantuan orang-orang sekitarnya.
       Pada pokoknya tak mungkin manusia hidup sendiri tanpa adanya komunikasi
dengan manusia lainnya. Manusia baru menjadi manusia yang sebenarnya kalau ia hidup bersama manusia juga. Dengan kata lain, pada dasarnya pribadi manusia tak sanggup hidup seorang diri tanpa lingkungan psychis atau rohaniahnya walaupun secara biologis-fisiologis ia mungkin dapat mempertahankan dirinya.Justru dalam  interaksi antar manusia itulah sebenarnya, manusia dapat merealisir kehidupan secara individul. sebab tanpa adanya timbal balik dalam interaksi sosial itu dia tidak dapat mereali kemungkinan-kemungkinan serta potensi-potensi yang ada padanya sebagai makhluk individu.
       Dalam kehidupan bersama ini pula individu akan turut membentuk norma-norma kelompok/norma-norma sosial. Selain itu dalam kehidupan sosial tadi individu bukan hanya akan mendapat kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya, tapi masyarakat itu juga membutuhkan sumbangan. Atas dasar uraian-uraian di atas maka sudah seharusnya manusia mengabdi kepada kehidupan bersama dan meningkat kehidupan bersama tersebut ke arah yang lebih tinggi, karena meningkatnya kehidupan masyarakat merupakan pula pendorong untuk meningkatkan diri pribadi dan memberikan kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan kecakapan sera potensi yang ada pada dirinya. Untuk maksud itu ilmu jiwa sosial merupakan salah satu ilmu yang sangat penting sebab ilmu jiwa sosial memberikan dasar-dasar pengertian tentang gejalagejala kejiwaan dan tingkah laku individu dalam situasi sosial; dengan demikian akan memudahkan dalam meng-approach masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan dan pengarahan kepada suatu tujuan dengan sebaikbaiknya.
       Di samping itu dengan mempelajari ilmu jiwa sosial maka kita tidak akan mudah terpengaruh dan terbawa-bawa oleh situasi yang ada dalam masyarakat,tidak mudah tersugesti oleh gerakan-gerakan massa yang tidak selamanya baik. Dengan bantuan ilmu ini pula memungkinkan kita untuk memecahkan suatu problema sosial secara tepat dan sistematis, mengenai semua proses kejiwaan yang mengakibatkan kehidupan bersama utuk merubah manusia-manusia lama menjadi manusia baru sesuai dengan manusia itu sendiri, maka salah satu cara yang dapat dilaksanakan ialah dengan merubah sifat dan sikap sosialnya; caracara demikian dipelajari pula dalam ilmu sosial.









3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
            ilmu jiwa sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial, iteraksi sosial maupun cara mereka bersosialisai dengan lingkungannya sehari-hari. ilmu jiwa sosial juga sangat berpengaruh dalam kehidupankita bermasyarakat.















DAFTAR PUSTAKA
Baron, A. Robert dan Byrne, Donn. 2005. Psikologi sosial Jilid 1.
Edisi kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Baron, A. Robert dan Byrne, Donn. 2005. Psikologi sosial jilid 2.
            Edisi kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Putra, Idhamsyah dan Pitaloka, Ardiningtiyas. 2012. Psikologi Prasangka: Sebab,Dampak dan Solusi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sarlito, W. Sarwono. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Sarlito W.Sarwono dan Meinarno, Eko.  2012. Psikologi Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika



Tidak ada komentar:

Posting Komentar