1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Harry
Stack Sullivan lahir di suatu daerah pertanian dekat Norwich, New York pada
tanggal 21 Pebruari 1892 dan meninggal pada tanggal 14 januari 1949 di Paris,
Perancis. (Di dalam Sidik, 2013). Dia merupakan salah satu tokoh yang ikut
melengkapi teori psikoanalisis dengan pandangan psikologi sosial. Sullivan
dalam teorinya tentang hubungan-hubungan antar pribadi semakin mengukuhkan
teori kepribadian yang berlandaskan proses-proses sosial. Kontribusi utama
Sullivan terhadap teori interpersonal adalah pemikirannya akan tahap
perkembangan.
Hary Stack Sulivian adalah orang
pertama kelahiran Amerika Serikat yang mengembangkan teori kepribadian. (Di
dalam Maman, 2009). Menurut Harry Stack Sullivan, kepribadian adalah pola yang
relatif menetap dari situasi-situasi antar pribadi yang berulang, yang menjadi
ciri kehidupan manusia. Menurut Sulvian ini sepanjang hayat setiap orang
bergerak dalam lingkungan sosial, sejak bayi sudah terlibat dalam interaksi dengan
orang lain.
Harry Stack Sullivan adalah pencipta
segi pandangan baru yang terkenal dengan nama interpersonal theory of
psychiatry. (Di dalam Abdul,
2013). Ajaran pokok dari teori ini dalam hubungannya dengan teori
kepribadian ialah bahwa kepribadian adalah “pola relatif menetap dari
situasi-situasi antarpribadi yang berulang menjadi ciri kehidupan manusia.
Kepribadian merupakan suatu entitas hipotesis yang tidak dapat dipisahkan dari
situasi-situasi antarpribadi, dan tingkah laku antarpribadi merupakan
satu-satunya segi yang dapat diamati sebagai kepribadian.
Karena itu Sullivan berpendapat bahwa
sama sekali tidak ada gunanya berbicara tentang individu sebagai objek
penelitian karena individu sama sekali tidak terpisah dari hubungannya dengan
orang lain. Sejak hari pertama kehidupan, bayi merupakan bagian dari situasi
antarpribadi, dan dalam kehidupan selanjutnya, ia tetap menjadi anggota
masyarakat. Bahkan seorang pertapa yang mengundurkan diri dari masyarakat ke
dalam hutan belantara pun tetap memiliki ingatan-ingatan tentang
hubungan-hubungan pribadi dimasa lampau yang tetap mempengaruhi pikiran dan
perbuatannya.
Berdasarkan hal diatas dapat di
simpulkan bahwa konsep kepribadian di dalam teori sulvian ini yaitu bahwa
kepribdian seseorang di pengaruhi oleh pengaruh kehidupan sosial. Sullivan
tidak menyangkal pentingnya hereditas dan pematangan dalam membentuk dan
membangun kepribadian, namun ia berpendapat bahwa apa yang khas manusiawi
adalah interaksi sosial. Pengalaman hubungan antar pribadi telah mengubah
fungsi fisiologis organisme menjadi organisme sosial.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa
struktur kepribadian dalam Psikiatri Interpersonal?
1.2.2 Bagaimana
dinamika kepribadian dalam Psikiatri Interpersonal?
1.2.3 Bagaiamana
Perkembangan kepribadian dalam Psikiatri Interpersonal?
1.2.4 Bagaimana
aplikasi Psikiatri Interpersonal?
1.3 Tujuan
1.3.1 Agar
mahasiswa mengetahui struktur kepribadian dalam Psikiatri Interpersonal.
1.3.2 Agar
mahasiswa mengetahui dinamika kepribadian dalam Psikiatri Interpersonal.
1.3.3 Agar
mahasiswa mengetahui perkembangan kepribadian dalam Psikiatri Interpersonal.
1.3.4 Agar
mahasiswa mengetahui aplikasi Psikiatri Interpersonal.
2. PEMBAHASAN
2.1 Struktur Kepribadian dalam
Psikiatri Interpersonal
Sulivian
tegas memandang sifat dinamika kepribadian, sehingga merendahkan konsep
id-ego-superego-dll. Yang membuat kepribadian menjadi stabil/statis. Namun
ternyata dia juga memberi tempat penting dalam teorinya beberapa aspek
kepribadian yang nyata-nyata stabil dalam waktu yang lama yaitu: dinamisme,
personifikasi, sistem self, dan proses kognitif. (Di dalam Alwisol, 2010)
2.1.1 Dinamisme
Dinamisme merupakan unit terkecil yang
dapat dipakai dalam meneliti individu. Dinamisme didefenisikan sebagai “Pola
transformasi energi yang relatif menetap, yang secara berulang memberi ciri
kepada organisme selama keberadaannya sebagai organisme hidup”. Transformasi
energi adalah suatu bentuk tingkah laku. Transformasi energi itu mungkin
terbuka dan umum, seperti berbicara, atau juga tersembunyi, seperti dalam
fikiran atau khayalan.
Di dalam Alwisol (2010: Hlmn 147)
dinamisme adalah pola khas tingkah laku (transformasi enerji) yang menetap dan
berulang terjadi yang menjadi ciri khusus seseorang. Menurut Sullivan, pola
adalah sampul yang menutupi perbedaan-perbedaan kecil yang tidak berarti. Ini
berarti suatu ciri baru dapat ditambahkan pada suatu pola tanpa mengubah pola
itu sejauh ciri itu dapat ditutupi, tidak nyata-nyata berbeda dengan ciri
lainnya. Dinamisme adalah pola yang spesifik dan berulang dari tingkah laku
yang menjadi ciri khas seorang. Dinamisme yang melayani kebutuhan kepuasan
organisme melibatkan bagian tubuh, yakni alat reseptor, efektor dan sistem
syaraf. Misalnya, dinamisme makan melibatkan mulut dan otot leher, dinamisme
seks melibatkan organisme genital.
Dinamisme yang menjadi pembeda antar
manusia tidak berhubungan dengan bagian tubuh, tetapi menjadi ciri khas
hubungan antarpribadi. Suatu kebiasaan bagaimana mereaksi orang lain, baik
dalam bentuk perasaan, sikap, maupun tingkah laku terbuka. Dinamisme dengki
(memusuhi orang atau kelompok orang tertentu); dinamisme nafsu (kecenderungan
mencai hubungan birahi); dinamisme ketakutan (anak yang bersembunyi dibelakang
ibunya setiap menghadapi ornag asing); dan dinamisme sistem self (diri).
2.1.2 Personifikasi
Menurut Alwisol “Personifikasi adalah
suatu gambaran – mngenai diri atau orang lain yang di bangun berdasarkan
pengalaman yang menimbulkan kepuasan atau kecemasan”. (Alwisol, 2010: hlmn
148). Personifikasi Personifikasi adalah suatu gambaran yang dimiliki individu
tentang dirinya sendiri atau orang lain. Personifikasi adalah perasaan, sikap,
dan konsepsi kompleks yang timbul karena mengalami kepuasan kebutuhan atau
kecemasan. Misalnya bayi mengembangkan personifikasi tentang ibu yang baik,
karena ia menyusui dan memeliharanya. Setiap hubungan antarpribadi yang
memberikan kepuasan akan membangun suatu gambaran yang baik tentang orang yang
memberinya kepuasan. Sebaliknya personifikasi bayi tentang ibu yang buruk
adalah hasil dari pengalaman-pengalaman dengan ibunya yang menyebabkan kecemasan.
Ibu yang mencemaskan itu dipersonifikasikan sebagai ibu yang buruk. Akhirnya
kedua personifikasi tentang ibu ini beserta personifikasi lain yang mungkin
terbentuk, seperti ibu yang menggairahkan atau ibu yang terlalu melindungi,
bersama-sama membentuk suatu personifikasi yang kompleks.
Personifikasi-personifikasi yang
dimiliki oleh sejumlah orang disebut stereotipe. Inilah
konsepsi-konsepsi yang diakui bersama, yakni ide-ide yang diterima secara luas
diantara anggota-anggota masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Contoh dari stereotipe-stereotipe yang umum dalam kebudayaan kita adalah
profesor yang linglung, seniman yang eksentrik, pemimping perusahaan yang keras
kepala.
2.1.3 Sistem Self
Sistem self adalah pola tingkahlaku yang konsisten yang mempertahankan
keamanan interpersonal dengan menghindari atau mengecilkan kecemasan. Sistem
ini mulai berkembang pada usia 12-18 bulan, usia ketika anak mulai belajar
tingkahlaku mana yang berhubungan meningkatkan atau menurunkan kecemasan.
Ketika sistem self mulai berkembang, orang mulai membentuk gambaran diri
atau personifikasi diri yang konsisten. Setiap pengalaman interpersonal yang
dipandang bertentangan dengan sistem dirinya berarti mengancam keamanan diri.
Dampaknya, orang berusaha mempertahankan diri melawan tegangan interpersonal
itu memakai operasi keamanan (security operation); suatu proses
yang bertujuan untuk mereduksi perasaan tidak aman atau perasaan akibat dari
ancaman terhadap sistem self. Beberapa macam sistem keamanan yang dipakai sejak
usia bayi antara lain:
Disosiasi, adalah mekanisme menolak impuls, keinginan dan
kebutuhan muncul ke kesadaran. Disosiasi tidak hilang, tapi ditekan ke
ketidaksadaran dan mempengaruhi tingkahlaku serta kepribadian dari sana.
Inatensi, yaitu memilih mana pengalaman yang akan
diperhatikan dan yang tidak perlu diperhatikan. Terhadap pengalaman yang
mengancam personifikasi diri, orang dapat berpura-pura tidak merasakannya.
Apati dan pertahanan dengan tidur (somnolent
detachment), mirip dengan inatensi. Pada apatis, bayi tidak memilih objek
mana yang harus diperhatikan, semuanya diserahkan pada pihak luar. Pada
pertahanan tidur, bayi tidak perlu memperhatikan stimulasi manapun.
2.1.4 Proses Kognitif
Sumbangan yang unik dari Sullivan
tentang kognisi atau pengetahuan dalam hubungannya dengan kepribadian ialah
klasifikasinya tentang pengalaman kedalam tiga golongan. Pengalaman, katanya,
terjadi dalam tiga cara, yakni cara-cara prototaksis, parataksis, dan
sintaksis. (Di dalam Abdul, 2013).
1)
Prototaksis (Prototaxis)
Prototaksis adalah rangkaian pengalaman
yang terpisah-pisah yang dialami pada masa bayi, dimana arus kesadaran
(pengindraan, bayangan dan perasaan) mengalir kedalam jiwa tanpa pengertian
“sebelum” dan “sesudah”. Semua pengetahuan bayi adalah pengetahuan saat itu, disini
dan sekarang. Semua pengalaman berdiri sendiri-sendiri, sepotong-sepotong,
tidak diintergrasikan kedalam urutan yang logis. Elemen pengalaman protaksis –
sensasi sederhana – mungkin terus dan tetap menjadi bagian dari kehidupan
mental orang dewasa, namun orang selalu menghubungkan elemen-elemen itu menjadi
kesatuan pengalaman. Pada usia dewasa, dominasi pengalaman prototaksis hampir
tidak ditemui.
2) Parataksis
(Parataxis)
Kira-kira pada awal tahun kedua, bayi
mulai mengenali persamaan-persamaan dan perbedaan peristiwa-peristiwa, disebut
pengalaman parataksis atau pengalaman asosiasi. Pada tahap ini, bayi
mengembangkan cara berfikir melihat hubungan sebab akibat, asosiasional
peristiwa yang terjadi pada saat yang bersamaan atau peristiwa-peristiwa yang
mempunyai detail yang sama, tetapi hubungan itu tidak harus logis. Misalnya,
bayi yang diberi makan saus apel memakai sendok yang terlalu panas (karena
disiram air panas) sehingga lidahnya menjadi sakit. Bayi itu menolak makan
bukan karena rasa saus apel tetapi karena sendoknya panas. Parataksis ini
dialami dan difikirkan, sehingga sering dilakukan orang dewasa. Misalnya, orang
yang masuk ke ruangan yang ada banyak orang didalamnya yang sedang berbicara.
Orang-orang itu tiba-tiba berhenti berbicara sesudah melihatnya, ini
menimbulkan perasaaan bahwa mereka membicarakan dirinya.
3) Sintaksis
(Syntaxis).
Berfikir logik dan realistik,
menggunakan lambang-lambang yang diterima bersama, khususnya bahasa - kata -
bilangan. Ketika anak mulai belajar berbicara, mempelajari “kata” yang secara
umum diterima sebagai wakil dari suatu peristiwa, saat itulah anak mulai
berfikir sintaksis. Sintaksis menghasilkan hubungan logis antar pengalaman dan
memungkinkan orang berkomunikasi satu dengan lainnya, melalui proses validasi
konsensus (consensus validation); mencapai konsensus atau persetujuan dengan
orang lain mengenai sesuatu dan kemudian meyakinkan kebenarannya melalui
pengulangan pengalaman.
Tiga mode pengalaman kognitif itu
terjadi sepanjang hayat. Normalnya, sintaksis mulai mendominasi sejak usia 4-10
tahun. Sullivan menekankan pentingnya tinjauan ke masa depan dalam fungsi
kognitif. Manusia hidup di masa lampau, masa sekarang, dan masa depan yang
semuanya jelas relevan dalam menerangkan fikiran dan perbuatannya. Tinjauan ke
masa depan yang semuanya jelas relevan dalam menerangkan fikiran dan
perbuatannya. Tinjauan ke masa depan tergantung kepada ingatan orang kepada
masa lampau dan interpretasinya terhadap masa sekarang.
2.2 Dinamika Kepribadian dalam
Psikiatri Interpersonal
Sullivan, sama seperti banyak teoretikus
kepribadian lainnya, memandang kepribadian sebagai suatu sistem energi yang
fungsi utamanya adalah melakukan aktivitas-aktivitas yang akan mereduksikan
tegangan. Sullivan berkata bahwa tidak perlu menambah istilah “jiwa” baik pada
kata energi maupun tegangan karena ia menggunakan kedua istilah tersebut dengan
arti yang persis sama seperti yang digunakan dalam ilmu fisika. Enerji dapat
maujud dalam bentuk tegangan (tension) atau
dalam bentuk tingkah laku itu sendiri (energy
transformation). (Di dalam Alwisol, 2010: hlmn 152).
2.2.1 Tegangan
Sullivan mulai dengan konsepsi umum
tentang organisme, yakni suatu sistem tegangan yang secara teoritis dapat
bervariasi antara batas pengendoran mutlak (absolute relaxation) atau euphoria
(perasaan sangat bahagia dan gembira) sebagaimana Sullivan lebih suka
menyebutnya, dan tegangan mutlak seperti halnya yang terjadi dalam perasaan
takut yang luar biasa. Ada dua sumber tegangan, yaitu (Di dalam Abdul, 2013):
1) Tegangan-tegangan
yang disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan organisme;
2) Tegangan-tegangan
sebagai akibat dari kecemasan.
Kecemasan adalah penghayatan tegangan
akibat adanya ancaman-ancaman nyata atau luarnya dibayangkan terhadap keamanan
seseorang. Kecemasan yang hebat mereduksikan efisiensi individu-individu dalam
memuaskan kebutuhan-kebutuhannya, mengganggu hubungan-hubungan antarpribadi,
mengacaukan pikiran. Perbedaan intensitas kecemasan tergantung pada keseriusan
ancaman dan efektivitas dari operasi-operasi keamanan yang dimiliki seseorang.
Kecemasan berat sama seperti hantaman pada kepala; tidak menyampaikan informasi
apa-apa pada orang yang bersangkutan, sebaliknya menimbulkan kekacauan
luarbiasa dan bahkan amnesia. Bentuk-bentuk kecemasan yang lebih ringan dapat
bersifat informatif.
Adapula penjelasan 2 sumber tegangan
menurut buku Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2010) :
1)
Kebutuhan (needs)
Kebutuhan
yang pertama muncul adalah tegangan yang timbul akibat ketidak seimbangan
biologis dalam diri individu. Kebutuhan ini dipuaskan dengan mengembalikan
keseimbangan. Kepuasannya bersifat episodik, sesudah memperoleh kepuasan
tegangan akan menurun/hilang, namun setelah lewat beberapa waktu akan muncul
kembali. Kebutuhan yang muncul kemudian berhubungan dari hubungan
interpersonal. Kebutuhan interpersonal yang terpenting adalah Kelembutan kasih
sayang (tenderness).
Kelembutan
kasih sayang adalah kebutuhan yang umum bagi setiap orang seperti halnya
kebutuhan oksigen, makan, dan air. Kebalikannya adalah kebutuhan khusus yang
muncul dari bagian tubuh tertentu (oleh Freud disebut “erogenic zone”).
Kebutuhan biologis juga dapat dipuaskan melalui transformasi energi yakni;
kegiatan fisik-tingkahlaku, atau kegiatan mental mengamati, mengingat dan
berpikir. Memuaskan kebutuhan dapat menghilangkan tension, sedangkan kegagalan
memuaskan need yang berkepanjangan bisa menimbulkan keadaan apathy
(kelesuan), yaitu bentuk penundaan kebutuhan untuk meredakan ketegangan secara
umum.
2) Kecemasan (anxiety)
Menurut
Sullivan, kecemasan merupakan pengaruh pendidikan terbesar sepanjang hayat,
disalurkan mula-mula oleh pelaku keibuan kepada bayinya. Jika ibu mengalami
kecemasan, akan dinyatakan pada wajah, irama kata, dan tingkahlakunya. Proses
ini oleh Sullivan dinamakan empati. Biasanya bayi menangani kecemasannya
dengan operasi keamanan, bisa pertahanan tidur atau somnolent detachment
(bayi menolak berhubungan dengan pemicu kecemasan dengan cara tidur),
menyesuaikan tingkahlakunya dengan kemauan dan tuntutan orang tua, dan atau
dengan memilih mana yang harus tidak diperhatikan (selective inattention)─menolak
menyadari stimulus yang mengganggu. Tension karena kecemasan ini unik, berbeda
dengan tension lain dalam hal kecenderungannya untuk bertahan tetap dalam kecemasan
dengan segala kerusakan yang diakibatkannya. Kalau tegangan lain menghasilkan
tingkahlaku untuk mengatasinya, kecemasan justru menghasilkan tingkahlaku yang
menghambat agar orang tidak belajar dari kesalahannya, terus-menerus
menginginkan rasa aman yang kekanak-kanakan, dan membuat orang tidak belajar
dari pengalamannya sendiri.
2.2.2 Transformasi
Energi
Energi ditransformasikan dengan
melakukan pekerjaan. Pekerja bisa berupa kegiatan-kegiatan yang melibatkan
otot-otot badan atau berupa kegiatan-kegiatan mental, seperti persepsi,
ingatan, berpikir. Kegiatan-kegiatan yang terbuka ataupun yang sembunyi ini
bertujuan untuk mengurangi tegangan. Kegiatan-kegiatan ini pada umumnya
ditentukan oleh masyarakat dimana orang dibesarkan. “apa yang dapat ditemukan
oleh setiap ornag dari meneliti masa lampaunya adalah bahwa pola-pola tegangan
dan transformasi-transformasi energi yang membentuk kehidupannya merupakan
bahan-bahan pendidikan yang sungguh-sungguh mengagumkan untuk mempersiapkan
hidup dalam suatu masyarakat tertentu.
Sullivan tidak yakin bahwa
insting-insting merupakan sumber-sumber penting dari motivasi manusia, juga ia
tidak menerima teori libido freud. Seorang individu belajar bertingkah laku
dengan cara tertentu sebagai akibat dari interaksi dengan orang-orang, dan
bukan karena ia memiliki imperatif-imperatif bawaan untuk melakukan jenis-jenis
tingkah laku tertentu.
2.3 Perkembangan Kepribadian dalam
Psikiatri Interpersonal
Sullivan membagi usia manusia menjadi
tujuh tahap perkembangan, masing-masing mempunyai sumbangan penting dalam
bentuk kepribadian. Di setiap tahap perkembangan orang menghadapi masalah
hubungan interpersonal yang berbeda-beda, sehingga bentuk bahaya yang berasal
dari hubungan interpersonal itu juga berbeda-beda.
Perubahan kepribadian dapat terjadi
kapan saja, tetapi yang paling sering terjadi pada masa transisi dari tahap
satu ke tahap berikutnya. Garis batas antar tahap itu ditunjuk karena secara
umum pada saat itu terjadi perubahan kepribadian yang signifikan, sehingga
dalam kenyataan lebih penting daripada tahap itu sendiri. Pengalaman disosiasi
dan inatensi selektif yang terjadi sepanjang periode tertentu, pada periode
transisi mungkin masuk ke dalam sistem self, dan siap mempengaruhi perkembangan
pada periode berikutnya. Paparan rinci dari setiap tahap perkembangan,
akan diringkas dalam tabel berikut. (Di dalam Alwisol, 2010: hlmn 156).
Periode
|
Orang
Penting
|
Proses
Interpersonal
|
Pencapaian
Utama
|
Perkembangan
Negatif
|
Invancy
0 – 1;5
Lahir-berbicara
|
Pemeran keibuan
|
Kelembutan kasih sayang
|
Awal mengorganisasi
pengalaman, belajar memuaskan beberapa kebutuhan diri.
|
Rasa aman beroperasi
melalui apathy dan somnolent detachment.
|
Childhood
1;5 – 4;0
Berbicara-hubungan
sebaya
|
Orang tua
|
Melindungi rasa aman
melalui imaji teman sebaya
|
Belajar melalui
identifikasi dengan orang tua; belajar sublimasi mengganti suatu kepuasan
dengan kepuasan yang lain.
|
Performansi as if;
rasionalisasi prokupasi transformasi jahat.
|
Juvenil
4;0 – 8/10
Hubungan sebaya-Chum
|
Teman bermain seusia
|
Orientasi menuju kehidupan
sebaya
|
Belajar bekerja sama
dan bersaing dengan orang lain, belajar berurusan dengan figur otoritas.
|
Stereotip
Ostrasisme
Disparajemen
|
Pra-Adolesen
8/10 – 12
Chum-Pubertas awal
|
Chum tunggal
|
Intimasi
|
Belajar mencintai
orang lain seperti atau melebihi mencintai diri sendiri.
|
Loneliness
|
Adolesen awal
12 – 16
Pubertas-Seks mantap
|
Chum jamak
|
Intimasi dan nafsu
seks ke orang yang berbeda
|
Integrasi kebutuhan
intimasi dengan kepuasan seksual.
|
Pola tingkah laku
seksual yang tidak terpuaskan.
|
Adolesen akhir
16 – 20
Seks mantap
Tanggung jawab sosial
|
Kekasih
|
Menggabung intimasi
dengan nafsu
|
Integrasi ke dalam
masyarakat dewasa, self-respect
|
Personifikasi yang
tidak tepat
Keterbatasan hidup
|
Maturity
20>
|
Konsolidasi
pencapaian setiap tahap sebelumnya
|
Berikut
adalah penjelasannya (Di dalam Alwisol, 2010: hlmn 152):
2.3.1
Bayi (Infancy); Lahir – Bisa
Berbicara (0 – 18 bulan)
Perkembangan pada masa bayi sangat
kompleks. Berikut enam ciri penting perkembangan menurut Sullivan:
1) Timbulnya
dinamisme apati, pertahanan tidur, disosiasi dan inatensi.
2) Peralihan
dan prototaxis ke parataxis.
3) Organisasi
personifikasi-personifikasi, baik personifikasi ibu maupun personifikasi diri.
4) Organisasi
pengalaman melalui belajar dan munculnya dasar-dasar sistem-diri.
5) Diferensiasi
tubuh bayi sendiri, mengenal dan memanipulasi tubuh.
6) Belajar
bahasa, dimulai dengan bahasa autisme.
7) Belajar
melakukan gerakan yang terkoordinasi, melibatkan mata, tangan, mulut, telinga
serta organ tubuh lainnya
2.3.2
Anak (Childhood); Bisa Mengucap
Kata – Butuh Kawan Bermain (1;5 – 4 tahun)
Tahap anak dimulai dengan perkembangan
bicara dan belajar berpikir sintaksis, serta perluasan kebutuhan untuk bergaul
dengan kelompok sebaya. Anak mulai belajar menyembunyikan aspek tingkah laku
yang diyakininya dapat menimbulkan kecemasan atau hukuman. Misalnya, mereke
belajar melakukan rasionalisasi (memberi alasan palsu) mengenai segala hal yang
sudah mereka kerjakan atau sedang mereka rencanakan. Mereka memiliki tampilan
seolah-olah (as if performance) yakni:
1) Dramatisasi
(dramatization): permainan peran seolah-olah dewasa, belajar
mengidentifikasikan diri dengan orang tuanya, bagaimana bertingkah laku yang
dapat diterima.
2) Bergaya
sibuk (preoccupation): anak belajar konsentrasi pada satu kegiatan yang
membuat mereka bisa menghindari sesuatu yang menekan dirinya.
3) Transformasi
jahat (malevolent transformation): perasaan bahwa dirinya hidup
ditengah-tengah musuh, sehingga hidupnya penuh rasa kecurigaan dan
ketidakpercayaan bahkan sampai tingkah laku yang paranoid.
4) Sublimasi
tak sadar (unwitting sublimation): mengganti sesuatu atau aktivitas tak
sadar yang dapat menimbulkan kecemasan dengan aktivitas yang dapat diterima
secara sosial.
2.3.3
Remaja Awal (Juvenile); Usia
Sekolah – Berkeinginan Bergaul Intim (4 – 10 tahun)
Perkembangan penting dalam tahap ini
adalah loncatan sosial kedepan, anak belajar kompetisi, kompromi, kerja sama
dan memahami makna perasaan kelompok. Mereka mendapat pengalaman dengan
otoritas di luar rumah. Tahap ini juga ditandai dengan munculnya konsepsi tentang
orientasi hidup, suatu rumusan atau wawasan tentang:
1) Kecenderungan
atau kebutuhan untuk berintegrasi yang biasanya memberi ciri pada hubungan
antar pribadinya.
2) Keadaan-keadaan
yang cocok untuk pemuasan kebutuhan dan relatif bebas dari kecemasan.
3) Tujuan-tujuan
jangka panjang yang untuk mencapainya orang perlu menangguhkan
kesempatan-kesempatan menikmati kepuasan jangka pendek.
Perkembangan negatif yang penting pada
tahap ini adalah belajar stereotip, ostrasisme dan disparajemen (stereotype,
ostracism dan disparagement):
1) Prasangka
atau stereotip adalah meniru atau memakai personifikasi mengenai orang atau
kelompok orang yang yang diturunkan antar generasi.
2) Pengasingan
atau ostrasisme adalah pengalaman anak diisolasi secara paksa,
dikeluarkan/diasingkan dari kelompok sebaya karena perbedaan sifat individual
dengan kelompok.
3) Penghinaan
atau disparajemen, berarti meremehkan atau menjatuhkan orang lain, yang akan
berrpengaruh merusak hubungan interpersonal pada usia dewasa.
2.3.4
Preadolesen (preadolescence);
Mulai Bergaul Akrab – Pubertas (8/10 – 12 tahun)
Preadolesen ditandai oleh awal kemampuan
bergaul akrab dengan orang lain bercirikan persamaan yang nyata dan saling
memperhatikan. Mereka membutuhkan Chum (Chum): teman akrab dari jenis
kelamin yang sama, teman yang dapat menjadi tempat mencurahkan isi hati, dan
bersama-sama mencoba memahami dan memecahkan masalah hidup.
Tahap preadolesen ditandai oleh beberapa
fenomena berikut:
1) Orang
tua masih penting, tetapi mereka dinilai secara lebih realistik.
2) Mengalami
cinta yang tidak mementingkan diri sendiri, dan belum dirumitkan oleh nafsu
seks.
3) Terlibat
dalam kerja sama untuk kebahagiaan bersama, tidak mementingkan diri sendiri.
4) Kolaborasi
Chum, jika dipelajari dalam tahap ini, akan membuat perkembangan kepribadian berikutnya
akan terhambat.
5) Hubungan
chum dapat mengatasi/menghilangkan pengaruh buruk simptom salah suai yang
diperoleh dari perkembangan tahap sebelumnya.
2.3.5
Adolesen Awal (Early Adolescence);
Pubertas – Pola Aktivitas Seksual yang Mantap (12-16 tahun)
Pada tahap ini pola aktivitas seksual
yang memuaskan seharusnya sudah dapat dimiliki. Banyak problem yang muncul pada
periode ini merefleksikan konflik antar tiga kebutuhan dasar: Keamanan (bebas
dari kecemasan), keintiman (pergaulan akrab dengan seks lain) dan kepuasan
seksual. Kepuasan seksual bertentangan dengan operasi keamanan, karena
aktivitas genital pada usia ini terlarang pada banyak budaya sehingga
menimbulkan perasaan berdosa, malu dan cemas.
Keintiman bertentangan dengan keamanan,
karena mengubah keintiman dari sesama jenis menjadi keintiman dengan jenis
kelamin pasangan akan menimbulkan perasaan takut, ragu-ragu dan kehilangan
harga diri yang semuanya akan meningkatkan kecemasan. Keintiman bertentangan
dengan kepuasan seksual, mereka kesulitan mengkombinasikan intimasi dengan
kepuasan seksual untuk diarahkan kepada satu orang paling tidak karena empat
alasan:
1) Banyak
adolesen yang melakukan sublimasi terhadap dorongan genitalnya, untuk mencegah
penggabungan dorongan seks dengan keintiman.
2) Dorongan
genital yang sangat kuat dapat dipuaskan melalui masturbasi atau hubungan sekd
tanpa keintiman. Adolesen awal tidak mempunyai alasan yang mendesak untuk
menggabung dorongan seks dengan intimasi.
3) Masyarakat
membagi objek seksual menjadi dua, “baik” dan “buruk”, sedang remaja selalu
memandang “baik”.
4) Alasan
kultural, orang tua, guru dan otoritas lainnya melarang keintiman dengan seks
yang sama karena takut menjadi homoseksualitas, tetapi mereka juga melarang
intimasi dengan jenis kelamin yang berlainan karena takut dengan penyakit
menular seksual, kehamilan dan kawin dini.
2.3.6
Adolesen Akhir (Late Adolescense);
Kemantapan Seks – Tanggung Jawab Sosial (16 – awal 20an)
Periode ini berakhir sampai pemuda
mengenal kepuasan dan tanggung jawab dari kehidupan sosial dan warga negara
dewasa. Selama periode ini, pengalaman semakin banyak terjadi pada tingkat
berpikir sintaksis. Apakah orang bekerja atau melanjutkan kuliah, mereka harus
memperluas pemahamannya mengenai sikap hidup orang lain, pemahamannya mengenai
tingkat saling ketergantungan dalam hidup, dan cara menangani berbagai jenis
masalah interpersonal. Tahap ini ditandai dengan pemantapan hubungan cinta
dengan satu pasangan. Namun menurut Sullivan perkembangan luar biasa tinggi
dalam hubungan cinta dengan orang lain bukan tujuan utama kehidupan, tetapi
sekedar sumber utama kepuasan hidup.
Pencapaian akhir periode ini adalah self-respect,
yang menjadi syarat untuk menghargai orang lain. Menurut Sullivan, umumnya
orang menghina atau menjatuhkan orang lain, karena orang itu mempunyai kualitas
yang mencemaskan atau memalukan diri sendiri. Jadi, kalau oramg dapat
menghargai diri sendiri, dia akan menghargai orang lain.
2.3.7
Kemasakan (Maturity)
Setiap prestasi penting tahap yang
terdahulu akan menjadi bagian penting dari kepribadian masak. Jadi dewasa yang
masak hendaknya hendaknya sudah belajar memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang
penting; bekerjasama dan berkompetensi dengan orang lain, mempertahankan
hubungan dengan orang lain yang memberi kepuasan intimasi dan seksual; dan berfungsi
secara efektif di masyarakat dimana dia berada. Menurut Sullivan, di antara
pencapaian-pencapaian itu, intimasi yang paling penting.
2.4 Aplikasi Psikiatri Interpersonal
2.4.1 Gangguan Mental
Menurut Sullivan, semua gangguan mental berasal dari cacat hubungan
interpersonal dan hanya dapat dipahami melalui referensi lingkungan sosial
orang itu. Sullivan banyak menangani schizophrenia yang dia bedakan menjadi
dua; schizophrenia yang menunjukkan simptom organik dan schizophrenia yang
disebabkan faktor sosial. Schizophrenia kedua inilah yang perubahan dan
perbaikannya dilakukan melalui psikiatri interpersonal.
2.4.2 Psikoterapi
Umumnya terapi model Sullivan mula-mula berusaha untuk mengungkap kesulitan
klien dalam berhubungan dengan orang lain, dan berusaha untuk mengganti
motivasi disjungtif (berpisah) dengan motivasi konjungtif (bergabung). Motivasi
konjungtif menyatakan kepribadian dan membuat klien bisa memuaskan kebutuhan
dan meningkatkan perasaan amannya. Sullivan membagi interview dalam empat
tahapan; pembukaan (formal inception), pengamatan (reconnaissance),
pertanyaan detail (detailed inquiry), dan pemberhentian (termination).
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Harry
Stack Sullivan lahir di suatu daerah pertanian dekat Norwich, New York pada
tanggal 21 Pebruari 1892 dan meninggal pada tanggal 14 januari 1949 di Paris,
Perancis. Dia merupakan salah satu tokoh yang ikut melengkapi teori
psikoanalisis dengan pandangan psikologi sosial. Sullivan dalam teorinya
tentang hubungan-hubungan antar pribadi semakin mengukuhkan teori kepribadian
yang berlandaskan proses-proses sosial. Kontribusi utama Sullivan terhadap
teori interpersonal adalah pemikirannya akan tahap perkembangan.
Sulivian tegas
memandang sifat dinamika kepribadian, sehingga merendahkan konsep
id-ego-superego-dll. Yang membuat kepribadian menjadi stabil/statis. Namun
ternyata dia juga memberi tempat penting dalam teorinya beberapa aspek
kepribadian yang nyata-nyata stabil dalam waktu yang lama yaitu: dinamisme,
personifikasi, sistem self, dan proses kognitif.
Sullivan mulai
dengan konsepsi umum tentang organisme, yakni suatu sistem tegangan yang secara
teoritis dapat bervariasi antara batas pengendoran mutlak (absolute relaxation)
atau euphoria (perasaan sangat bahagia dan gembira) sebagaimana Sullivan lebih suka
menyebutnya, dan tegangan mutlak seperti halnya yang terjadi dalam perasaan
takut yang luar biasa. Enerji dapat maujud dalam bentuk tegangan (tension) atau dalam bentuk tingkah laku
itu sendiri (energy trabsformation).
DAFTAR PUSTAKA
Abdul,
Nastha R. 2013. Teori Kepribadian
Sulivian. Di unduh tanggal 09 Februari 2015. Di http://abdulhadifamily.blogspot.com
Alwisol.
2010. Psikologi Kepribadian. Malang:
UMM PRESS
Maman.
2009. Psikiatri Interpersolan Harry Stack
Sullivian. Di akses tanggal 09 Februari 2015. Di https://unikunik.wordpress.com
Sidiq,
Achmad A. 2013. Harry Stack Sullivian.
Di akses tanggal 24 Februai 2015. Di http://soponyonogroup.blogspot.com
beribu maaf karena kurang pas,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar